Jumat, 06 Agustus 2010

MENYIMAK

MENYIMAK

Pendahuluan
Menyimak merupakan bagian dari keterampilan berbahasa. Sebagai keterampilan, menyimak menempati peran penting mengingat bahwa kegiatan manusia dalam keseharian dilakukan melalui menyimak. Di sekolah, kegiatan menyimak tampak lebih mendominasi pada saat belajar.
Sesuai dengan pergantian kurikulum, istilah menyimak saat ini tidak lagi digunakan. Jika pada Kurikulum Bahasa Indonesia yang diberlakukan pada 1968, 1975, 1984, dan 1994 istilah menyimak masih digunakan; maka pada Kurikulum 2004, dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan sejak 2006 istilah menyimak diganti dengan mendengarkan.
Dalam makalah ini, istilah menyimak dan mendengarkan tidak dibedakan dari segi konsep alih-alih dilontarkan Tarigan (1985: 28). Ia mengartikan mendengarkan sebagai proses kegiatan menerima bunyi bahasa yang dilakukan dengan sengaja tetapi belum ada pemahaman. Sedangkan menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Logan dalam Creative Communication (Teaching The Language Arts) sebagaimana dikutip Suyoto (1997: 4.4) mengemukakan, bahwa hakikat menyimak dapat dipandang dari berbagai segi. Di antaranya adalah menyimak sebagai suatu sarana, keterampilan, seni, proses, respons, dan pengalaman kreatif.
Menyimak Reseptif
Sebagaimana disinggung, menyimak dalam kehidupan sehari-hari sangat penting, karena si penyimak dapat memperoleh informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Demikian pula di sekolah, dengan menyimak siswa dapat menambah ilmu, menerima dan menghargai pendapat orang lain. Ini berkaitan dengan hakikat menyimak yang menekankan pada pemahaman terhadap bahan simakan yang memerlukan ketrampilan aktif karena penyimak harus merekonstruksi pesan yang dimaksud oleh pembicara dan mengembangkan secara aktif baik secara linguistik maupun non-linguistik.
Berdasarkan paparan tersebut kegiatan menyimak bersifat aktif reseptif. Ini berarti bahwa menyimak merupakan proses decoding – kemampuan untuk memahami bahasa yang ditujukan oleh pihak lain. Keberhasilan seseorang dalam menyimak ditentukan berbagai faktor, yaitu faktor linguistik dan non-linguistik. Faktor linguistik mencakup kemampuan yang berkaitan dengan kebahasaan seperti: fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Faktor non-linguistik meliputi kemampuan yang berkaitan dengan sosiobudaya.
Sebagaimana diungkapkan Logan, menyimak dapat dipandang sebagai suatu sarana yang berarti adanya kegiatan yang dilakukan oleh seseorang pada waktu menyimak yang harus melalui tahap mendengar kombinasi bunyi yang telah dikenal, kemudian secara simultan mengartikannya. Dengan cara demikian, ia dapat menginterpretasi dan memahami makna bunyi-bunyi tersebut.
Menyimak juga dapat dipandang sebagai suatu ketrampilan. Ini berarti, bahwa menyimak itu bertujuan untuk berkomunikasi. Oleh sebab itu, melibatkan ketrampilan aural-oral. (Ketrampilan yang berhubungan dengan pendengaran dan pelisanan). Sebagai suatu seni, menyimak berarti bahwa bila kita akan menjadi penyimak yang baik, harus melakukan kegiatan dalam menyimak seperti kegiatan yang dilakukan pada waktu mempelajari seni lukis atau musik. Dalam hal ini kedisiplinan, konsentrasi, partisipasi aktif, komprehensi dan evaluasi sangat dituntut dilakukan penyimak.
Sebagai suatu proses, menyimak adalah suatu proses berbagai ketrampilan yang kompleks. Oleh sebab itu, menyimak harus diajarkan. Irwin dan Rosenberger dalam Suyoto (1997: 4.5) mengemukakan empat langkah dalam proses menyimak yaitu: mendengar, memahami, mengevaluasi, dan merespons.
Menyimak sebagai respons berarti bahwa unsur menanggapi merupakan yang utama dalam menyimak. Apabila penyimak akan merespons secara efektif, ia harus memiliki pancaindra yang cukup baik dan harus memiliki kemampuan menginterpretasi pesan secara utuh, memahami maknanya, memutuskan menerima atau menolak pesan tersebut, dan memberi saran kepada pembicara.
Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif merupakan kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas pembelajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara: (a) mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara, namun menggunakan struktur dan diksi yang berbeda; (b) merekonstruksi pesan yang telah disampaikan pembicara; dan (c) menyusun petunjuk atau nasihat berdasarkan materi yang disimak. Menyimak sebagai pengalaman kreatif melibatkan pengalaman yang ditandai oleh kesenangan, kenikmatan, dan kepuasan.
Untuk menentukan indikator keberhasilan dalam menyimak, perlu diketahui adanya dua jenis menyimak yang dikemukakan Anderson dan Lynch (1988) yakni menyimak resiprokal dan non-resiprokal. Menyimak resiprokal adalah jenis menyimak yang melibatkan interaksi antara penyimak dan pembicara. Misalnya: menyimak perkuliahan. Dosen memberikan kesempatan bertanya kepada para mahasiswa sehingga terjadi interaksi. Menyimak non-resiprokal adalah jenis menyimak yang tidak melibatkan interaksi antara penyimak dan pembicara. Misalnya, menyimak siaran radio dan televisi. Pada saat kita mendengarkan radio dan menonton televisi.
Pemahaman terhadap apa yang disimak baik secara resiprokal maupun non-resiprokal tidaklah mudah. Anderson dan Lynch sependapat, bahwa kegiatan menyimak merupakan hal yang kompleks. Untuk memahami bahan simakan, penyimak harus mengintegrasikan secara simultan ketrampilan berikut.
(1) mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa;
(2) memotong arus ujaran ke dalam kata-kata;
(3) memahami arti kata-kata;
(4) memahami makna kalimat dalam ujaran; dan
(5) merumuskan suatu respon yang tepat.
Mereka menambahkan ketrampilan lain yang diperlukan oleh penyimak dalam menyimak bahan simakan. Di samping ketrampilan- ketrampilan linguistik, penyimak harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan non-linguistik. Pengetahuan dan ketrampilan non-linguistik mencakup pengetahuan tentang tujuan menyimak yang tepat. Kedua pakar tersebut menekankan hakikat menyimak yang aktif. Pada saat menyimak, penyimak harus menginterpretasikan apa yang disimak sesuai dengan tujuan dan latar belakang pengetahuannya.
Tes Menyimak
Aspek-aspek yang diukur dalam tes menyimak adalah hal-hal yang menjadi
indikator keberhasilan menyimak. Apa sajakah itu?
(1) Ketrampilan dalam memotong arus ujaran ke dalam kata-kata yang berarti dan dalam frase-frase yang berarti;
(2) ketrampilan menghubungkan pesan yang baru disimak dengan latar belakang pengalaman;
(3) ketrampilan mengidentifikasi maksud retorikal dan fungsional sebuah ujaran atau bagian teks oral;
(4) ketrampilan menginterpretasi tekanan, intonasi untuk mengidentifikasi fokus informasi dan nada emosional; dan
(5) ketrampilan menyarikan informasi yang berupa teks oral yang panjang tanpa pemahaman kata demi kata.
Dengan demikian, penyimak yang sukses harus memiliki keterampilan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan kebahasaan dan isi pesan.
Materi tes menyimak berasal dari bahasa lisan yang berupa wacana otentik murni dan wacana otentik yang disimulasikan (Omaggio, 1986: 128). Wacana otentik murni adalah tindak komunikasi yang asli. Ini tampak pada percakapan, siaran radio, televisi, dan konteks natural. Wacana otentik yang disimulasikan bertujuan untuk menolong para siswa yang belum mampu memahami wacana otentik murni, dan tujuan penyediaan materi semacam itu untuk kepentingan tujuan paedagogis. Dalam wacana terdapat ciri-ciri: adanya kode yang disederhanakan, misalnya pengucapan lebih dilambatkan, artikulasi lebih hati-hati, dan kosakata lebih sering digunakan.
Penutup
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Kegiatan menyimak bersifat aktif reseptif. Ini berarti bahwa menyimak merupakan proses decoding – kemampuan untuk memahami bahasa yang ditujukan oleh pihak lain. Menyimak kreatif merupakan kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas pembelajar
By Slamet Samsoerizal

AKTIF MENDENGARKAN DALAM MENYIMAK

KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas limpahan karunia serta kasih sayang-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menerjemahkan jurnal asing dan merangkumnya menjadi makalah dengan judul
“AKTIF MENDENGARKAN”
Makalah ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas seseorang dalam proses menyimak dan dapat terimplementasi dalam kehidupan,khususnya dalam proses pembelajaran mata kuliah dasar menyimak.
Dalam makalah ini penulis berusaha memperkaya bahasannya dengan merujuk buku-buku/modul-modul yang berkaitan dengan materi dasar keterampilan menyimak,menjelaskan dengan detail hakikat menyimak itu sendiri dan bagaimana cara-cara untuk menjadi penyimak yang terampil dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi dan kendala-kendala apa saja yang menghambat proses menyimak tersebut,serta memberikan solusi untuk menjadi seorang penyimak yang terampil dengan menguraikan teknik-teknik apa saja yang bisa dimanfaatkna dalam proses menyimak itu sendiri.
Semoga makalah ini,dapat memberikan kontribusi dan sebagai bahan suplemen dalam rangka mengembangkan daya simak manusia,khususnya dalam mata kuliah dasar keterampilan menyimak yang menjadi mata kuliah pokok mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Indonesia baik kependidikan maupun non kependidikan.
Untuk penyempurnaan pemahaman tentang dasar keterampilan menyimak dan memperkaya khazanah tentang proses menyimak yang dapat melahirkan penyimak yang terampil,maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca .
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.



JAKARTA, NOVEMBER 2009




PENULIS





Aktif mendengarkan
Mendengarkan aktif adalah maksud untuk "mendengarkan makna".
Mendengarkan aktif tidak hanya respons otomatis terhadap suara. Ini memerlukan pendengar untuk memahami, menafsirkan, dan mengevaluasi apa yang mereka dengar. Saat ini, kemampuan untuk mendengarkan merupakan keterampilan penting dalam komunikasi antarpribadi. Ini meningkatkan hubungan pribadi melalui pengurangan konflik, memperkuat kerjasama, serta menumbuhkan pemahaman.
Ketika berinteraksi, orang sering tidak mendengarkan dengan penuh perhatian untuk satu sama lain. Mereka mungkin akan terganggu, memikirkan hal-hal lain, atau berpikir tentang apa yang akan mereka katakan selanjutnya, (kasus terakhir ini terutama berlaku dalam situasi konflik atau ketidaksepakatan).
• Aktif mendengarkan adalah cara yang terstruktur mendengarkan dan menanggapi orang lain. It memfokuskan perhatian pada pembicara. Menangguhkan seseorang kerangka acuan dan menangguhkan penilaian adalah penting dalam rangka menghadiri sepenuhnya kepada pembicara.
DAFTAR ISI

• 1 Tactics
• 2 Gunakan
• 3 Hambatan Mendengarkan Aktif
• 4 Mengatasi Hambatan Mendengarkan
• 5 Lihat juga
• 6 Referensi
• 7 Pranala luar











1. Taktik
Penting untuk mengamati perilaku orang lain dan bahasa tubuh. Memiliki kemampuan untuk menafsirkan bahasa tubuh seseorang memungkinkan pendengar untuk mengembangkan pemahaman yang lebih akurat dari kata-kata pembicara. Setelah mendengar, si pendengar mungkin akan menguraikan kata-kata pembicara. Penting untuk dicatat bahwa pendengar tidak harus setuju dengan pembicara-hanya menyatakan apa yang dikatakan. Dalam komunikasi emosional, para pendengar dapat mendengarkan perasaan. Jadi, bukan sekadar mengulangi apa yang dikatakan pembicara, pendengar aktif mungkin menggambarkan emosi yang mendasari ( "Anda tampaknya merasa marah" atau "Anda tampaknya merasa frustrasi, adalah bahwa karena ...?").
Individu dalam konflik sering bertentangan satu sama lain. Hal ini memiliki efek menyangkal validitas posisi orang lain. Salah satu pihak dapat bereaksi defensif, dan mereka mungkin menyerang atau mundur. Di sisi lain, jika orang menemukan bahwa pihak lain mengerti, suasana kerja sama dapat diciptakan. Hal ini meningkatkan kemungkinan bekerja sama dan menyelesaikan konflik.
Dalam buku Leader Effectiveness Training, Thomas Gordon menyatakan "Aktif mendengarkan tentu saja tidak rumit. Pendengar hanya perlu menyatakan kembali, dalam bahasa mereka sendiri, mereka kesan ekspresi si pengirim. ... Namun, belajar untuk melakukan Aktif Mendengarkan dengan baik adalah agak sulit ..."

2. Penggunaan
Mendengarkan secara aktif digunakan dalam berbagai situasi, termasuk advokasi kepentingan publik, pengorganisasian masyarakat, les, pekerja medis berbicara dengan pasien, HIV konseling, membantu orang bunuh diri, manajemen, [konseling dan pengaturan jurnalistik. Dalam kelompok ini dapat membantu dalam mencapai konsensus. Mungkin juga dapat digunakan dalam percakapan santai untuk membangun pemahaman, meskipun ini dapat diartikan sebagai merendahkan.

Manfaat mendengarkan aktif termasuk membuat orang untuk membuka, menghindari kesalahpahaman, menyelesaikan konflik dan membangun kepercayaan. Dalam konteks medis, tunjangan mungkin termasuk peningkatan kepuasan pasien,] meningkatkan komunikasi lintas-budaya, meningkatkan hasil, atau turun litigasi
Mendengarkan aktif dapat diukur oleh Mendengarkan Aktif Skala Pengamatan.

3. Hambatan ke Aktif Mendengarkan
Semua unsur komunikasi, termasuk mendengarkan, mungkin akan terpengaruh oleh penghalang (s) yang dapat menghambat aliran percakapan antara individu. Beberapa hambatan ini meliputi gangguan, memicu kata-kata, kosakata, dan rentang perhatian terbatas untuk beberapa nama
Ada banyak berbagai jenis hambatan mendengarkan. mereka bisa psikologis dan fisik. Emosi dapat mempengaruhi efektivitas mendengarkan. Kebisingan dan gangguan visual adalah dua hambatan fisik umum lainnya juga. Selain itu, perbedaan-perbedaan budaya sering menghambat proses mendengarkan. Misalnya, aksen pembicara, kosakata, dan kesalahpahaman karena perbedaan latar belakang budaya.
Bahkan, selain hambatan yang tercantum di atas, penafsiran pribadi pendengar juga memainkan peranan penting. Sering, sikap, individu bias, dan prasangka dari pendengar akan menyebabkan komunikasi tidak efektif.
4. Mengatasi Hambatan Mendengarkan
Untuk meningkatkan komunikasi antarpribadi melalui mendengarkan, seseorang harus meletakkan mengesampingkan emosi pribadi selama percakapan, mengajukan pertanyaan dan parafrase kembali ke pembicara untuk memperjelas pengertian, dan juga mencoba untuk mengatasi semua jenis gangguan lingkungan. Selanjutnya, pendengar harus mempertimbangkan latar belakang pembicara, baik budaya dan pribadi, untuk memberi manfaat sebanyak mungkin dari proses komunikasi. Selain itu, kontak mata dan bahasa tubuh yang tepat akan membantu.
5. Lihat pula
• Informational mendengarkan
• Reflective mendengarkan
6. Referensi

1. ^ Atwater, Eastwood (1981). Aku Hear Anda. Prentice-Hall. hal 83. ISBN 0-13-450684-7.
2. ^ Gordon, Thomas (1977). Leader Effectiveness Training. New York: Wyden buku. hal 57. ISBN 0-399-12888-3.
3. ^ Maudsley G (Maret 1999). "Peran dan tanggung jawab dari tutor pembelajaran berbasis masalah dalam kurikulum sarjana medis". BMJ 318 (7184): 657-61. PMID 10066213. PMC 1.115.096. http://bmj.com/cgi/pmidlookup?view=long&pmid=10066213.
4. ^ A b c Lang F, Floyd MR, Beine KL (2000). "Clues kepada pasien 'penjelasan dan keprihatinan tentang penyakit mereka. Sebuah panggilan untuk mendengarkan aktif". Arch Fam Med 9 (3): 222-7. DOI: 10.1001/archfami.9.3.222. PMID 10728107.
5. ^ Baxter P, Campbell T. (1994 7-12 Agustus). "Keterampilan konseling HIV digunakan oleh pekerja perawatan kesehatan di Zambia (abstrak tidak. PD0743)". Int Conf AIDS 10 (390). http://gateway.nlm.nih.gov/MeetingAbstracts/102211101.html.
6. ^ Laflamme G (1996). "[Membantu orang bunuh diri dengan aktif mendengarkan]" (dalam bahasa Perancis). Lemah Que 3 (4): 35. PMID 9.147.668.
7. ^ Mineyama S, Tsutsumi A, Takao S, Nishiuchi K, Kawakami N (2007). "Pengawas 'sikap dan keterampilan untuk mendengarkan dengan aktif mengenai kondisi kerja dan reaksi stres psikologis antara pekerja bawahan". J Occup Kesehatan 49 (2): 81-7. DOI: 10.1539/joh.49.81. PMID 17429164.
8. ^ Davidhizar R (2004). "Mendengarkan - sebuah panti strategi untuk mengatasi budaya". J Nurs Pract 54 (2): 22-4; kuis 26-7. PMID 15460343.
9. ^ Robertson K (2005). "Active mendengarkan: lebih dari sekadar memperhatikan". Aust Fam Physician 34 (12): 1053-5. PMID 16333490. http://www.racgp.org.au/AM/Template.cfm?Section=200512&Template=/CM/ContentDisplay.cfm&ContentID=5780.
10. ^ Fassaert T, van Dulmen S, Schellevis M, Bensing J (2007). "Aktif mendengarkan konsultasi medis: pengembangan Mendengarkan Aktif Skala Pengamatan (ALOS-global)". Patient Educ Couns 68 (3): 258-64. DOI: 10.1016/j.pec.2007.06.011. PMID 17689042.
11. ^ Reed, Warren H. (1985). Positif mendengarkan: belajar untuk mendengar apa yang orang benar-benar berkata. New York: F. Watts. ISBN 0-531-09583-5.

7. Pranala luar
 Mendengarkan adalah obat kuat, National Public Radio, February 2009
 Aktif Mendengarkan International Training Program On terselesaikan Konflik: Konflik Research Consortium, University of Colorado, USA
 Empati keterampilan mendengarkan Bagaimana mendengarkan sehingga orang lain akan merasa didengarkan, atau mendengarkan pertolongan pertama (University of California). Download satu jam seminar tentang empati mendengarkan dan mengikuti keterampilan.
 Latihan 4 - Aktif Mendengarkan, Pusat Studi Pedesaan, Universitas Vermont, Montpelier
 Apakah yang aktif mendengarkan?
 Aktif mendengarkan: Sebuah alat komunikasi
 Homepage Mendengarkan International Association organisasi profesional yang anggota-anggotanya berdedikasi untuk belajar lebih banyak tentang dampak yang telah mendengarkan pada semua aktivitas manusia
 Lebih baik komunikasi melalui mendengarkan lebih baik Delapan hambatan untuk mendengarkan secara efektif

CERPEN LELAKI SUNYI

Lelaki Sunyi

Cerpen Syarif Hidayatullah
Dimuat di Seputar Indonesia 05/10/2009 Telah Disimak 334 kali


Hujan di luar begitu derasnya, mengajakku mengenang masa lalu. Karena seperti hujan runtuh, kenangan di hatiku pun tiba-tiba runtuh dan terus memburu kemudian keluar dari long term memoryku berupa kepingan-kepingan peristiwa masa kecilku; tentang burung, tentang sawah, tentang kali serta tentang lelaki sunyi di tepi kali
.
Dulu, saat aku masih sekolah dasar, aku dan teman-temanku senang bila hujan datang Meski saat itu kami tak pernah membawa payung tetapi kami membawa plastik. Bagi kami akan sangat buruk bila kami tak membawa plastik. Karena plastik kami adalah tempat menyimpan sepatu dan tas kami.

Bila tidak menyimpan di dalam plastik, tentu saja orangtua kami akan marah dan besoknya kami tak sekolah. Sebab, tas dan sepatu ini satu-satunya milik kami dan tentu karena masih ada memar dan sakit di telinga, dada atau di pangkal paha kami, bekas cubitan yang menurut Makku adalah cubitan kasih sayang.

Aku percaya cubitan itu adalah cubitan kasih sayang, karena cubitan itu selalu berwarna merah, tak sampai membiru kehitamhitaman. Tapi, ini pun begitu sakit rasanya. Percayalah. Kami selalu membiarkan tubuh kami kuyup oleh air yang runtuh dari jantung langit. Kami selalu menari-nari di kecipak air yang menggenang seperti hujan yang juga menari bersama kami.

Sepanjang perjalanan kami melewati gang-gang serta jalan setapak yang terkadang licin dan itu membuat kami kadang sulit berpijak. Sebetulnya rumah kami cukup jauh, lebih dari satu kilo dan setengah jam bila kami lalui dengan berjalan kaki. Tapi, bila dilalui dengan penuh canda, lelah dan waktu yang lama itu seperti kopi pahit yang larut dalam manisnya susu.

Tak terasa, yang terasa kemudian hanya nikmat saja. Begitulah hingga akhirnya kami harus melalui bentangan sawah dan empang yang terdapat di kanan-kiri jalan setapak yang harus kami lalui. Di sinilah tarian hujan akan tampak menyenangkan dipandang. Satu titik dengan titik lain seperti saling memburu dan membentuk gelombanggelombang kecil di permukaan empang. Atau pada sawah akan kami dapatkan beberapa belut keluar dari lubangnya.

Namun kami harus berhati-hati bila petir terus menerus menyambar dengan kilat yang menggaris langit dengan gemuruh suara yang terkadang mengagetkan kami. Kami harus menunggu hingga petir tak begitu banyak, barulah setelah itu kami akan berlari sekencangkencangnya hingga akhirnya menemui kali yang tersusun dari dua batang pohon kelapa.

Kami kemudian menyusurinya secara perlahan, sebab bila hujan, air kali yang kecokelat-cokelatan itu akan meruak hingga batang jembatan kami itu tak terlihat sama sekali. Setelah berhasil melewati jembatan itu, kami akan mengarahkan pandangan kami ke tepi kali sebelah kanan dari tempat kami berdiri, tepat kepada lelaki yang duduk di tepi kali. Kemudian kami melemparinya dengan benda-benda yang ada di sekeliling kami.

Mula-mula Badrun mengambil ranting rambutan yang cukup besar kemudian melemparnya tepat di hadapan lelaki itu, kemudian Sukma melemparinya dengan tanah basah dan terakhir aku melempar pun dengan tanah basah. Kami tak pernah mengarahkan lemparan kami ke tubuh lelaki itu, hanya kecipak air yang menerpa pakaian atau kepalanyalah yang kemudian membuat kami tertawa.

Kami selalu menunggu reaksi lelaki itu, meski kami tahu lelaki itu tak akan memberikan reaksi apa-apa selain sunyi. Maka dari itu kami menyebut lelaki itu lelaki sunyi. Melempar lelaki sunyi sudah seperti ritual kami, mirip ritual yang ada di Mekkah, kalau tak salah namanya Jumratul Aqabah.

Bedanya mungkin kami tak melempar sesuatu yang dilambangkan setan, namun seseorang yang dibalut oleh kesunyian. Suatu hari aku pernah menceritakan hal ini kepada Mak. Tetapi Mak kemudian dengan cubitan “kasih sayang”-nya itu menjawab tepat di hatiku, lebih tepat lagi di dadaku. Aku meringis kesakitan bukan kepalang. “Jangan mengganggu orang yang tak bersalah, nanti mendapatkan karmanya, ” ujar Mak kemudian.

Aku mendengarnya sambil melihat bekas merah di dada, tanda cinta Mak. Aha! sakit sekali. Entah mengapa setelah mendengar kata-kata Mak itu, aku mulai tak melempar seperti Badrun dan Sukma yang tetap menjalankan ritualnya. Aku pun mulai menasihati mereka untuk tidak mengganggu lelaki sunyi itu. Tetapi, hal itu sia-sia
.
Aku bahkan disebut mereka pengecut, banci, dan entah apalagi karena saat itu aku mulai tak peduli dan menyiapkan pukulan tepat di perut kedua temanku, sebagai pembelaan kepada lelaki itu juga pada diriku atas hinaan mereka yang tak berdasar.

Namun, akhirnya malah aku yang kemudian terkulai tak berdaya, Badrun dan Sukma menyerangku dan aku tak berdaya melawan dua orang bertubuh bulat dan gempal itu. Pada akhirnya, aku hanya melihat lelaki sunyi itu dilempari. Entah mengapa aku merasa begitu iba, seperti ada yang mengiris hatiku.

Suatu sore, aku mengintip lelaki sunyi itu dari balik rerimbunan pagar yang tak begitu jauh darinya. Ia tampak sedang memasukan cacing atau terkadang udang ke dalam kailnya yang kemudian ia mengumpan ke dalam kali lewat pancingnya. Cukup lama menunggu, tali pancing itu akhirnya bergerak ke sana-kemari, lelaki sunyi itu dengan sigap berusaha menarik ke permukaan.

Mungkin umpannya telah disergap oleh ikan. Entah ikan apa. Tetapi kemudian aku segera tahu itu bukan ikan. Sebuah sampah plastik yang terangkat, aku kemudian tertawa melihatnya. Mendengar tawaku, ia mencari keberadaanku. Aku segera muncul dari balik pagar dan mendekat kemudian duduk di sampingnya.

Aku berharap akan banyak bercakap dengannya, tapi sekian lama aku duduk di sampingnya sampai aku dilumuti oleh sunyi. Lelaki itu tetap diam tak berkata, bahkan melirikku pun tidak. Aku kesal dan meninggalkannya. Setelah aku sampai di rumah. Aku menceritakan hal ini pada Mak. Mak tersenyum dan berkata.

“Ia tuli dan bisu sejak lahir. ” Aku terkejut saat itu. Meski aku tak tahu arti tuli dan bisu bagi manusia. Tetapi kini, ketika aku sudah berhari-hari mondar-mandir mencari kerja, barulah aku tahu arti tuli dan bisu itu. Aku menyesal pernah melemparnya dengan tanah basah yang kemudian air kali membasahi pakaian atau bahkan kepalanya.

Aku benar-benar menyesal telah melakukannya saat itu. Hujan di luar masih deras sekali menerpa tanah hingga basah, menerpa genting hingga berdenting, menerpa hatiku yang kemudian melahirkan kembali kenangan itu. Aku masih ingat betul, saat hujan deras sedang bel telah berdentang menandakan pulang, Badrun dan Sukma segera berkemas dan siap untuk pulang. Aku diajak mereka.

Namun aku menolaknya. Mereka pun pergi saat hujan begitu deras dan petir dengan kilatnya terus menerus melukis jantung langit. Esoknya, aku tak bertemu Badrun dan Sukma. Entah mengapa mereka tak datang ke sekolah. Seingatku mereka telah mengemasi tas dan sepatu mereka ke dalam plastik. Tapi mengapa mereka tak datang ke sekolah?

Aku menjadi begitu khawatir sebab sebentar lagi ujian. Sampai berhari-hari mereka tak muncul juga, aku ingin menjenguk Badrun dan Sukma, tapi Mak menuduhku hanya membual saja. Mak tak mau nilaiku anjlok, oleh karena itu ia melarangku untuk bermain. Aku menjadi begitu kesepian tanpa mereka, terutama saat pulang.

Aku hanya sendiri dan merasa waktu menjadi begitu lamban kulalui. Tetapi bila sampai di tepi kali, aku akan sangat bahagia karena lelaki sunyi itu tak akan mereka lempari. Sampai ujian selesai Badrun dan Sukma belum juga muncul. Tetapi pada suatu hari mereka berdua datang ke sekolah bersama orangtua mereka. Aku mendengar dari mereka bahwa mereka akan melakukan ujian susulan.

Aku bersyukur akan hal itu, itu berarti aku akan tetap sekelas bersama mereka meski terkadang hal ini sangat menyebalkan. Ketika bel sekolah berdentang, orang tua Badrun dan Sukma tak ada. Ternyata mereka telah pulang terlebih dahulu tapi Badrun dan Sukma masih mencarinya hingga akhirnya mereka berdua merasa telah pasti ditinggal.

Baru kali ini aku melihat Badrun dan Sukma mencari orang tuanya hanya untuk pulang sekolah. Sepanjang perjalanan mereka hanya berdiam diri tak seperti biasanya. Tak sepatah kata pun keluar dari mulut mereka, aku ingin tahu mengapa mereka tak masuk sekolah. Tetapi aku menjadi enggan menanyakannya kepada mereka. Hingga akhirnya kami sampai di pematang sawah.
Badrun dan Sukma tampak sangat ketakutan. Dari keningnya muncul butiranbutiran keringat sebesar biji jagung. Entah mengapa. Tapi kemudian aku mendapatkan jawabannya. “Kau tahu mengapa kami tak masuk selama berhari-hari?” ujar Badrun mengawali pembicaraannya. Aku menggelengkan kepalaku. “Tapi, kau janji harus merahasiakan ini dari siapa pun!” lanjutnya sambil memperhatikan wajahku lekat-lekat. Aku menjawabnya dengan anggukan kepala.

“Kami sakit karena Karma, ” ujarnya berbisik di telingaku. Aku tertawa mendengar hal itu. Bukankah mereka tak percaya pada karma? “Selama berhari-hari badan kami panas, ” lanjut Badrun membuat tawaku berhenti. “Aku tak pernah merasakan tubuhku sepanas ini. ” “Benar, tetapi dokter hanya menyebut kami terkena demam belaka akibat kehujanan, ” lanjut Sukma. “Ini karena Badrun yang mengajakku melempar lelaki sunyi itu dengan tanah basah tepat ke tubuh dan kepalanya. ” Aku terperangah mendengar kata-kata Sukma. Aku membayangkan bagaimana pakaian dan kepalanya kotor oleh tanah basah. Aku tak sanggup membayangkannya. Aku sungguh iba.“Kau tahu lelaki sunyi itu bereaksi. Ia menggumam begitu kencang tetapi kami tak mengerti kata-katanya. Kami hanya takut dan kemudian berlari sekencangkencangnya, ” lanjut Sukma. Percakapan kami kemudian terhenti karena kami telah sampai di tepi kali dan bersiap menyeberang di atas dua batang kelapa.

Badrun dan Sukma berebut untuk saling mendahului dan setelah menyeberangi kali aku lihat mereka berlari sekencang-kencangnya. Tetapi aku diam, berdiri di tepi kali sambil melihat lelaki sunyi itu, tetap sunyi di tepi kali. Begitulah lelaki sunyi itu membiarkan waktu membungkusnya dalam kesunyian. Aku tahu dari Mak beberapa waktu setelah itu, lelaki sunyi itu bernama Pak Kisman.

Pak Kisman tak pernah memarahi atau melawan kami sebab ia telah kehilangan anak seusia kami karena sakit. Lelaki itu tak mampu membeli obat atau bahkan membawanya ke dokter. Hasil memancingnya hanya cukup untuk makan dan penghasilan istrinya yang menjadi pembantu itu pun habis untuk membayar utang. Namun, kini aku tak akan menjumpai lelaki sunyi itu karena sawah dan bahkan kali itu telah tiada, telah rata oleh tanah. Sebentar lagi mungkin akan dibangun perumahan yang memang telah menjamur di kota kami.

Hujan masih belum reda, rintik-rintiknya masih terus menari. Sudah semalaman. Mungkin banjir akan segera tiba ke rumah ini. Aku bersama warga sekitar sini sepakat bahwa banjir ini terjadi akibat kali kami yang telah tiada, tetapi tidak bagi Badrun dan Sukma, ini karma. ***


Wismasastra, 2009

GLOBALISASI DAN TANTANGANNYA TERHADAP KETAHANAN NASIONAL”

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-NYA kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang globalisasi dan tantangannya terhadap ketahanan nasional. Tugas makalah ini diajukan guna memenuhi mata kuliah kewarganegaraan.

Di dalam pengaruh globalisasi di bidang ekonomi banyak organisasi-organisasi international yang bermunculan untuk mengatu ekonomi internasional dan menguasai perusahaan-perusahaan yang ada di seluruh dunia ini.
Kami ucapkan terima kasih kepada guru-guru ysng telah memberikan tugas makalah ini karena kami dapat mengetahui pengaruh globalisasi terutama di bidang ekonomi ini.
Kami berharap tugas makalah ini mendapatkan respon yang baik dari guru-guru, apabila ada kesalahan penulisan dan penyusunan kalimat di dalam tugas makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran dan dapat membangun semangat serta kreatifitas untuk kami agar dapat menyempurnakannya.



Jakarta,Oktober 2009

Penyusun
DAFTAR ISI




BAB I PENDAHULUAN
1.1. latar belakang……………………………………………………………………
1.2. perumusan masalah……………………………………………………………
1.3. tujuan…………………………………………………………………………
1.4. sistematika penulisan…………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….
2.1. pengertian Globalisasi dan ketahanan nasional……………………………
2.2. factor-faktor terjadinya Globalisasi……………………………………….
2.3. keuntungan dan kelebihan globalisasi terhadap kehidupan bangsa
Indonesia………………………………………………………………………
2.4. aspek-aspek ketahanan nasional dalam mengatasi globalisasi…………..
2.5. dampak globalisasi terhadap kehidupan bangsa Indonesia……………….

BAB III PENUTUP……………………………………………………………
3.1. kesimpulan…………………………………………………………………..
3.2. saran……………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..






















BAB I
PENDAHULUAN


1.1. latar belakang
Di dalam pengaruh globalisasi di bidang ekonomi banyak organisasi-organisasi international yang bermunculan untuk mengatu ekonomi internasional dan menguasai perusahaan-perusahaan yang ada di seluruh dunia ini.
Kebudayaan merupakan suatu identitas dari sebuah Negara. Kebudayaan merupakan sebuah hasil dari karya, cipta, dan rasa, untuk menciptakan hasil karya ini membutuhkan beberapa proses, dan mencakup ruang dan waktu. Kebudayaan tercipta melalui proses dari beberapa kebiasaan – kebiasaan tertentu yang nantinya akan terjadi turun – temurun.
Berbicara mengenai kebudayaan,kebudayaan ini tidak bisa terlepas dari masyarakat, karena masyarakat menjadi objek dari adanya kebudayaan. Sehingga ketahanan suatu Budaya Bangsa itu bergantung pada objeknya yaitu masyarakat itu sendiri yang menentukan.
Kebudayaan lokal seperti kesenian, bahasa, adapt istiadat tiap – tiap daerah yang berbeda- beda merupakan suatu pemicu untuk memperkokoh kebudayaan bangsa. Karena dewasa ini kebudayaan Bangsa Indonesia seakan goyah dan kurang terjaga , sehingga beberapa dari kebudayaan bangsa diklaim menjadi milik Negara lain. Dengan adanya hal ini, kesadaran akan mempertahankan kebudayaan baru terpikir oleh bangsa. Hal ini membuktikan bahwa ketahanan suatu Budaya Bangsa ada ditangan bangsa itu sendiri.









2.1. perumusan masalah

1.






















BAB II
PEMBAHASAN

2.1. pengertian globalisasi dan ketahanan nasional
a) Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi biasa.
globalisasi memang memiliki sifat mengancam yang menakutkan. Dua kali perang dunia pada abad lalu dipicu oleh persaingan global untuk memperebutkan sumber daya ekonomi. Contoh paling mutakhir: pendudukan Amerika Serikat atas Irak yang telah berlangsung 4 tahun juga menunjukkan hal yang sama meskipun dibungkus dengan berbagai argumen. Pengaruh asing dapat dianalogikan sebagai virus yang menakutkan, namun selama ketahanan nasional sebagai sistem kekebalan tubuh cukup kuat, virus tersebut seharusnya tidak menjadi kekuatan yang mengancam. Polemik dan retorika tidak membantu menciptakan daya saing yang diperlukan untuk terwujudnya Kebangkitan Nasional.
b) Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan,baik dari luar negeri maupun dalam negeri, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan dalam mengejartujuan nasional Indonesia (Suradinata,2005:47)

Beberapa bentuk ancaman tersebut menurut doktrin hankamnas (catur dharma eka karma) meliputi:
1. Ancaman di dalam negeri
internal kebangsaan, ancaman dalam negeri menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia dalam mengukuhkan ketahanan nasional bangsa Indonesia dalam berbagai kondisi ancaman yang berasal dari dalam negeri. Ancaman ini bisa berupa pemberontakan, subversi, kudeta, atau apa pun namanya yang berasal atau terbentuk dari masyarakat Indonesia.


2. Ancaman dari luar
Dalam bentuk fisiknya, ancaman seperti ini dapat kita jumpai dalam beberapa istilah di bawah ini yang sangat akrab di telinga kita, antara lain: infiltrasi, subversi dan intervensi dari kekuatan kolonialisme dan imperialisme serta invasi dari darat, udara dan laut oleh musuh dari luar negri. Namun, dalam bentuk non-fisiknya ancaman seperti ini jauh lebih berbahaya dari sekedar perang fisik. Ia bisa berwujusd perang pemikiran, propaganda global, pelemehan sistem – sistem kehidupan yang bersentuhan dengan sensitifitas agama, ras, budaya, dll. Hal ini jika tidak disadari dan dibiarkan berlarut – larut akan memicu kemerosotan suatu bangsa. Dimulai dsari kemerosotan finansial, hingga kemerosotan moral. Akhirnya, jatah sebuah peradaban tersebut untuk tetap eksis dalam kancah dunia tinggal menghitung hari saja.
2.2. aspek-aspek yang mempengaruhi ketahanan nasional terhadap globalisasi
Saat ini, bangsa Indonesia masih berada dalam perkembangan ekonomi yang sampai sekarang belum pulih dari krisis. Dan negara ini akan goyah lagi apabila dihantam oleh globalisasi jika kemampuan, produktivitas masyarakat tidak ditingkatkan sesuai dengan kemampuan bangsa lain, sehingga bisa bersaing di dalam pasar globalisasi. Sebagai upaya untuk mengatasi tantangan masa depan bangsa ini maka kita sebagai bangsa yang besar memerlukan pemimpin yang memiliki wawasan ketahanan yang luas. Karena era globaslisai akan mempengaruhi masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.
Aspek pertama, sosial-politik yang juga akan terpengaruh globalisasi. Keadaan sosial politik bangsa akan berpengaruh ataupun dipengaruhi oleh dunia luar dan bisa merubah paham dan asas yang sudah dianut. Ini akan melemahkan Ketahanan Nasional Indonesia dan menurukan wibawa bangsa di mata bangsa lain.
Aspek kedua, dalam kehidupan tatanan nasional akan dipengaruhi secara langsung juga dengan globalisasi. Untuk itu diperlukan kebijakan -kebijakan dari pemerintah hasil pemilu presiden 2004 untuk dapat mengatasinya.
Aspek ketiga, apabila kebijakan-kebijakan pemerintah salah maka globalisasi akan memperlemah Ketahanan Nasional. Pemerintah diharuskan mengambil langkah dan kebijakan untuk mengaantisipasi gelombang globalisasi di masa mendatang.







2.3. faktor-faktor terjadinya globalisasi

1) Kemajuan IPTEK terutama dalam bidang informasi dan inovasi-inovasi baru di dalam teknologi yang mempermudah kehidupan manusia.
2) Perdagangan bebas yang ditunjang oleh kemajuan IPTEK.
3) Kerjasama regional dan internasional yang telah menyatukan kehidupan berusaha dari bangsa-bangsa tanpa mengenal batas negara.

Meningkatnya kesadaran terhadap hak-hak asasi manusai serta kewajiban manusia di dalam kehidupan bersama, dan sejalan dengan itu semakin meningkatnya kesadaran bersama dalam alam demokrasi. (H.A.R. Tilaar, 1997).

2.4. dampak-dampak globalisasi terhadap ketahanan nasional

Kekuatan globalisasi menurut analisis para ahli pada umumnya bertumpu kepada 4 kekuatan global, yaitu :

Dampak globalisasi terbagi 2 yaitu:

1. dampak positif

2. dampak negatif

1) dampak positif

a. globalisasi ekonomi
terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
b. globalisasi sosial budaya
dalam globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
2) Dampak negatif globalisasi
a. ideologi bangsa
Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang
b. aspek ekonomi
Dalam aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
2.4. Dampak Globalisasi terhadap Kehidupan Bangsa Indonesia
Dari aspek ideologi, Pancasila yang merupakan “way of life” bangsa Indonesia saat ini menghadapi tantangan serius, bukan saja orang enggan bicara tentang Pancasila, tetapi justru nilai-nilai yang terkandung didalamnya nyaris tidak lagi dihayati dan diamalkan. Mungkin hal ini adalah akibat dan sikap traumatis dari pengalaman masa lalu, atau dapat pula karena terlahir generasi baru yang telah menganggap bahwa Pancasila sudah tidak bermakna lagi.
Distorsi pemahaman dan implementasi yang terjadi saat ini, dapat kita amati fenomenanya antara lain :
• Terjadinya kemerosotan (dekadensi) moral, watak, mental dan perilaku/ etika hidup bermasyarakat dan berbangsa terutama pada generasi muda.
• Gaya hidup yang Hedonistik, materialistik konsumtif dan cenderung melahirkan sifat ketamakan atau keserakahan, serta mengarah pada sifat dan sikap individualistik.
• Timbulnya gejala politik yang berorientasi kepada kekuatan, kekuasaan dan kekerasan, sehingga hukum sulit ditegakkan.
• Persepsi yang dangkal, wawasan yang sempit, beda pendapat yang berujung bermusuhan, anti terhadap kritik serta sulit menerima perubahan yang pada akhirnya cenderung anarkhis.
• Birokrasi pemerintahan terlihat semakin arogan berlebihan, cenderung KKN dan sukar menempatkan diri sebagai pelayan masyarakat. Pemberan-tasan korupsi yang berakar pada birokrasi ini yang terasakan amat sulit karena telah membudaya.




Indonesia beberapa kali pernah menelurkan gagasan-gagasan besar sebagai jawaban atas tantangan globalisasi. Indonesia merupakan negara pertama yang memproklamasikan kemerdekaannya setelah Perang Dunia kedua berakhir dan merupakan penggagas berdirinya Gerakan Non Blok pada masa perang dingin. Indonesia juga merupakan penggagas sistem bagi hasil dalam industri minyak dan gas sebagai alternatif terhadap sistem konsesi yang dianggap sebagai bentuk kolonialisme baru. Kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam implementasi gagasan-gagasan besar tersebut seharusnya dapat menjadi pemacu semangat dalam melakukan perencanaan strategi dan konsolidasi yang lebih baik dalam peningkatan kemampuan untuk menghadapi tantangan globalisasi.

Dengan kata lain konsepsi ketahanan nasional merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-besarnya kemakmuran yang adil dan merata, rohaniah dan jasmaniah. Sedangkan keamanan adalah kemampuan bangsa melindungi nilai-nilai nasional terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam.


2.5. Tantangan globalisasi terhadap ketahanan nasional
1.Konsepsi Ketahanan Nasional. Konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh.
2. Ekonomi kerakyatan harus menghindari system monopoli ekonomi. Sehingga terciptanya system ekonomi yang bebas dan tidak di monopoli oleh pihak – pihak tertentu.
3. Kehidupan sosial budaya bangsa dan masyarkat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, maju, dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta mampu menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.
2.6. Aspek-aspek dalam ketahanan nasional dalam mengatasi globalisasi

1. Aspek-aspek yang dikedepankan dalam ketahanan nasional dalam ini meliputi:

1. Kemampuan dan kekuatan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (survival, identitas dan integritas bangsa dan negara),
2. kemampuan dan kekuatan untuk mengembangkan kehidupan bernegara dan berbangsa dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional.
3. Berpedoman pada wawasan nasional; Wawasan nusantara merupakan cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Wawasan nusantara juga merupakan sumber utama dan landasan yang kuat dalam menyelenggarakan kehidupan nasional sehingga wawasan nusantara dapat disebut sebagai wawasan nasional dan merupakan landasan ketahanan nasional.
ketahanan nasional memiliki beberapa sifat yang melandasinya untuk tetap memberikan kontribusi konstruktif bagi Indonesia. Sifat – sifat tersebut antara lain tercermin dari beberapa hal di bawah ini, antara lain:
1. Mandiri, artinya ketahanan nasional bersifat percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dengan keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah serta bertumpu pada identitas, integritas, dan kepribadian bangsa. Kemandirian ini merupakan prasyarat untuk menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dalam perkembangan global
2. Dinamis, artinya ketahanan nasional tidaklah tetap, melainkan dapat meningkat ataupun menurun bergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara, serta kondisi lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan hakikat dan pengertian bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa berubah. Oleh sebab itu, upaya peningkatan ketahanan nasional harus senantiasa diorientasikan ke masa depan dan dinamikanya di arahkan untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang lebih baik.
3. Manunggal, artinya ketahanan nasional memiliki sifat integratif yang diartikan terwujudnya kesatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi, dan selaras di antara seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
4. Wibawa, artinya ketahanan nasional sebagai hasil pandangan yang bersifat manunggal dapat mewujudkan kewibawaan nasional yang akan diperhitungkan oleh pihak lain sehingga dapat menjadi daya tangkal suatu negara. Semakin tinggi daya tangkal suatu negara, semakin besar pula kewibawaannya.
5. Konsultasi dan kerjasama, artinya ketahanan nasional Indoneisa tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan antagonis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih pada sifat konsultatif dan kerja sama serta saling menghargai dengan mengandalkan pada kekuatan moral dan kepribadian bangsa.

2. Esensi Nasionalisme Indonesia yang harus Dipertahankan
Sesungguhnya nilai-nilai nasionalisme (faham tentang kebangsaan) itu bersumber dari sosio-kultural bangsa dan bumi Indonesia. Sekalipun akan mengalami interaksi dengan dunia luar dalam era globalisasi, tetapi hakekatnya tidak boleh berubah. Seperti halnya nilai-nilai Pancasila sebagai esensi pertama, secara intrinsik tidak akan berubah, apalagi hal itu memiliki nilai-nilai mendasar dan sebagai “way of life” bangsa Indonesia, serta sebagai dasar Negara Republik Indonesia akan tetap dapat dipertahankan. Sekalipun saat ini mengalami pasang surut dan mungkin sedikit “memudar” sifatnya tentu sementara.
Esensi kedua adalah UUD’ 45 sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, akan tetap menjadi kaidah utama. Kita sadari dan di implementasi-kan bahwa untuk menata negara dan masyarakat diperlukan berbagai undang-undang dan peraturan yang tentunya harus bersumber pada Undang-Undang Dasar ini. Faham kebangsaan kita menyadari dengan sepenuhnya, bahwa semua tata kehidupan bangsa, harus telah tertuang dan teratur didalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar tersebut. Hal ini sekaligus merupakan komitmen kita bersama dalam mendirikan Negara Republik Indonesia.
Esensi ketiga adalah Rasa cinta tanah air dan rela berkorban. Sebagai bangsa yang merdeka karena perjuangan melawan penjajah dan telah mengorbankan jiwa raga beribu-ribu pahlawan bangsa, maka rasa kebangsaan kita harus dilandasi oleh tekad dan semangat terus berupaya mencintai tanah air Indonesia dengan segala isi yang terkandung didalamnya sepanjang masa. Karena hanya dengan rasa cinta tanah air, bangsa ini akan tetap utuh dan akan rela berkorban pula bagi kejayaan bangsa dan Negaranya. Sekalipun “hujan emas” di negeri orang tentu tidak seindah hidup di negeri sendiri, walaupun serba menghadapi kesulitan dan kemiskinan.
Esensi keempat adalah rasa persatuan dan kesatuan bangsa didalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini yang sekarang terkoyak-koyak dan nyaris menghadapi disintegrasi. Pengaruh globalisasi sangat besar, eforia-reformasi, telah membuat bangsa Indonesia hampir-hampir kehilangan arah dan tujuan. Ide sparatisme dan upaya-upaya memisahkan diri dari NKRI oleh beberapa daerah, adalah contoh nyata yang perlu kita cegah. Kalau ide tersebut dibiarkan berkembang maka Negara Kesatuan Republik Indonesia mengalami ancaman yang serius. Sudah tentu hal tersebut mengingkari akar nilai-nilai persatuan dan kesatuan, yang telah dirintis oleh para pendahulu Republik ini.

Esensi kelima tentang wawasan kebangsaan yang bersumber dari wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional hendaknya terus dapat melekat pada hati dan dihayati sepenuhnya oleh warga Negara Indonesia, sehingga tertanam pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang sarwa Nusantara, merangkul semua kepentingan dan mengarahkan pada cita-cita dan tujuan pembangunan Nasional.

Yang keenam adalah disiplin nasional. Bangsa yang ingin maju dan mandiri harus memiliki disiplin nasional yang tinggi. Nasionalisme berakar pula pada budaya disiplin bangsa tersebut. Justru antara disiplin nasional dan nasionalisme, merupakan dua sisi mata uang yang saling berpengaruh. Makna dan esensi disiplin nasional akan terlihat pada disiplin para penyelenggara Negara, tertib dan lancarnya pelayanan masyarakat, serta dalam berbagai kehidupan sehari-hari.
3. Antisipasi Pengaruh Negatif Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme
Langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme antara lain yaitu :
1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.
2. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.
3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.



2.5. Dampak Globalisasi terhadap Kehidupan Bangsa Indonesia
Dari aspek ideologi, Pancasila yang merupakan “way of life” bangsa Indonesia saat ini menghadapi tantangan serius, bukan saja orang enggan bicara tentang Pancasila, tetapi justru nilai-nilai yang terkandung didalamnya nyaris tidak lagi dihayati dan diamalkan. Mungkin hal ini adalah akibat dan sikap traumatis dari pengalaman masa lalu, atau dapat pula karena terlahir generasi baru yang telah menganggap bahwa Pancasila sudah tidak bermakna lagi.
Distorsi pemahaman dan implementasi yang terjadi saat ini, dapat kita amati fenomenanya antara lain :
• Terjadinya kemerosotan (dekadensi) moral, watak, mental dan perilaku/ etika hidup bermasyarakat dan berbangsa terutama pada generasi muda.
• Gaya hidup yang Hedonistik, materialistik konsumtif dan cenderung melahirkan sifat ketamakan atau keserakahan, serta mengarah pada sifat dan sikap individualistik.
• Timbulnya gejala politik yang berorientasi kepada kekuatan, kekuasaan dan kekerasan, sehingga hukum sulit ditegakkan.
• Persepsi yang dangkal, wawasan yang sempit, beda pendapat yang berujung bermusuhan, anti terhadap kritik serta sulit menerima perubahan yang pada akhirnya cenderung anarkhis.

• Birokrasi pemerintahan terlihat semakin arogan berlebihan, cenderung KKN dan sukar menempatkan diri sebagai pelayan masyarakat. Pemberan-tasan korupsi yang berakar pada birokrasi ini yang terasakan amat sulit karena telah membudaya.
Indonesia beberapa kali pernah menelurkan gagasan-gagasan besar sebagai jawaban atas tantangan globalisasi. Indonesia merupakan negara pertama yang memproklamasikan kemerdekaannya setelah Perang Dunia kedua berakhir dan merupakan penggagas berdirinya Gerakan Non Blok pada masa perang dingin. Indonesia juga merupakan penggagas sistem bagi hasil dalam industri minyak dan gas sebagai alternatif terhadap sistem konsesi yang dianggap sebagai bentuk kolonialisme baru. Kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam implementasi gagasan-gagasan besar tersebut seharusnya dapat menjadi pemacu semangat dalam melakukan perencanaan strategi dan konsolidasi yang lebih baik dalam peningkatan kemampuan untuk menghadapi tantangan globalisasi.

Dengan kata lain konsepsi ketahanan nasional merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-besarnya kemakmuran yang adil dan merata, rohaniah dan jasmaniah. Sedangkan keamanan adalah kemampuan bangsa melindungi nilai-nilai nasional terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam.




2.6. Tantangan globalisasi terhadap ketahanan nasional
1.Konsepsi Ketahanan Nasional. Konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh.
2. Ekonomi kerakyatan harus menghindari system monopoli ekonomi. Sehingga terciptanya system ekonomi yang bebas dan tidak di monopoli oleh pihak – pihak tertentu.
3. Kehidupan sosial budaya bangsa dan masyarkat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, maju, dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta mampu menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.











BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Nasionalisme bangsa Indonesia belum memudar, sekalipun saat ini didera oleh pengaruh globalisasi dan liberalisasi serta proses demokratisasi. Tantangan baru ini harus dihadapi dengan serius dan optimisme, bilamana tidak di pupuk kembali dan tidak mendapat dorongan semangat baru oleh para pemimpin bangsa ini, maka tidak mustahil faham tentang kebangsaan ini akan tersapu oleh peradaban baru yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai luhur sosio-kultural bangsa kita
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari pembahasan ini antara lain adalah:
1. Pengembangan illmu pengetahuan dan teknologi dalam ilmu komunikasi dapat meningkatkan ketahanan nasional, yang dengan adanya komunikasi semua informasi yang ada diseluruh nasional agar dapat menciptakan keharmonisan dan keselarasan dalam berbangsa dan bernegara.
2. Dalam era globalisasi ini dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat menyebabkan persoalan-persoalan mendasar yaitu “apakah kita bisa menyaring informasi yang kita terima dari seluruh dunia”.
3. Globalisasi, keterbukaan dan ketahanan informasi dapat menguji ketahanan nasional kita dalam upaya tetap mempertahankan jati diri dan kepribadian bangsa.
3.2. saran
Sebagai warga negara kita perlu menerima semua informasi dari segala aspek kehidupan dan dapat menyaring semua itu apakah termasuk kedalam jati diri dan kepribadian bangsa Indonesia. sudah tentu kita selaku warga negara sangat peduli dan langsung berkepentingan terhadap perkembangan yang terjadi dalam negara kita. Kepedulian itu terutama berkenan dengan cita-cita reformasi sebagai hal yang telah tumbuh dalam masyarakat luas, dan agenda yang mendesak ialah memberantas dan mengakhiri kejahatan kemasyarakatan dan kenegaraan berupa korupsi, kolusi dan nepotisme. Terdapat suasana umum dalam masyarakat yang memandang bahwa agenda itu belum terwujud dengan baik.

Listening in Action: Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Pembelajar BIPA

ing in Action: Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Pembelajar BIPA

Iim Rahmina
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

1. Pengantar

Listening in action memberikan tiga penekanan pada kegiatan menyimak. Pertama, listening in action menekankan bahwa menyimak merupakan proses aktif. Untuk menjadi penyimak yang baik, para pembelajar harus berpikir aktif selama mereka melakukan kegiatan menyimak. Dengan mengembangkan ‘sikap aktif’ dan ‘strategi aktif’ dalam memahami apa yang mereka dengar, kemampuan menyimak para pembelajar akan dan dapat meningkat. Kedua, listening in action menekankan bahwa menyimak memainkan peranan aktif dalam pembelajaran bahasa. Menyimak dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran bahasa, baik di dalam maupun di luar kelas. Kemajuan dalam menyimak akan menjadi dasar bagi pengembangan keterampilan berbahasa lainnya. Dengan menumbuhkan kesadaran para pembelajar tentang adanya hubungan antara menyimak dengan keterampilan berbahasa lainnya, guru dapat membantu mereka dalam mengembangkan keterampilan berbahasa secara menyeluruh. Ketiga, menyimak mengutamakan guru sebagai ‘peneliti’ aktif tentang pengembangan kemampuan menyimak. Guru harus berperan aktif tidak hanya dalam merencanakan dan menyiapkan berbagai aktivitas untuk para pembelajarnya, tetapi berperan aktif juga dalam memberikan umpan balik yang bermanfaat bagi mereka. Guru bersama-sama para pembelajar menyelidiki bagaimana keterampilan menyimak para pembelajar berubah dan meningkat.
Dari ketiga pengertian di atas, tersurat bahwa bagi guru-guru bahasa, listening in action memiliki tiga tujuan, yaitu:
• membantu para pembelajar mengembangkan keterampilan menyimak secara lebih aktif
• membantu para pembelajar memanfaatkan kesempatan untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik, di dalam maupun di luar kelas
• meningkatkan kualitas pengajaran melalui penyelidikan proses belajar menyimak dengan melibatkan para pembelajar (Rost, 1991: 3).


2. Pengertian Menyimak

Untuk dapat mendefinisikan “keterampilan menyimak”, ada dua pertanyaan yang mendasar yang harus dijawab, yaitu (1) Komponen apa sajakah yang terdapat dalam keterampilan menyimak? (2) Apa yang harus dilakukan oleh seorang penyimak?
Berkaitan dengan pertanyaan pertama, ada sejumlah komponen yang terlibat dalam keterampilan menyimak, antara lain:
• pembedaan bunyi-bunyi bahasa
• pengenalan kata-kata (kosakata)
• pengidentifikasian kelompok-kelompok kata yang gramatikal
• pengidentifikasian satuan-satuan pragmatis - ekspresi dan seperangkat ujaran yang berfungsi sebagai satu kesatuan untuk menciptakan makna
• penghubungan antara penanda linguistik dan paralinguistik (intonasi dan tekanan) dan antara penanda linguistik dan nonlinguistik (gerakan tubuh dalam situasi tertentu) untuk membangun makna
• penggunaan latar belakang pengetahuan (apa yang telah diketahui tentang isi atau bahan simakan) dan konteks (apa yang telah diujarkan) untuk memprediksi makna
• pengingatan kata-kata atau ide-ide yang penting (Rost, 1990: 6).

Keberhasilan menyimak sangat bergantung pada kemampuan mengintegrasikan komponen-komponen di atas. Oleh karena itu, keterampilan menyimak dapat diartikan sebagai koordinasi komponen-komponen keterampilan, baik keterampilan mempersepsi, menganalisis, maupun menyintesis. Pengertian keterampilan menyimak tampak lebih jelas dalam skema di bawah ini.


Keterampilan Mempersepsi Keterampilan Menganalisis Keterampilan Menyintesis

Membedakan bunyi bahasa Mengidentifikasi satuan Menghubungkan penanda
Mengenali kata gramatikal bahasa dengan penanda
Mengidentifikasi satuan lainnya
pragmatis Memanfaatkan latar
belakang pengetahuan



KETERAMPILAN MENYIMAK


Seseorang yang memiliki kemampuan menyimak yang baik tidak selalu mampu memahami apa yang disimak. Oleh karena itu, untuk memahami pesan yang disampaikan oleh pembicara, ada beberapa aksi yang perlu dilakukan dalam setiap situasi menyimak. Aksi yang ditampilkan oleh penyimak merupakan proses kognitif atau mental sehingga tidak mungkin ditinjau atau diamati secara langsung. Guru hanya bisa melihat efek dari aksi ini. Aksi terpenting untuk kesuksesan menyimak adalah proses pembuatan keputusan. Penyimak harus membuat beberapa keputusan, seperti:
• Jenis situasi menyimak apa saja yang dimunculkan?
• Rencana apa yang disusun untuk menyimak?
• Kata-kata dan satuan-satuan makna apa saja yang penting untuk disimak?
• Apakah pesan yang disampaikan masuk akal?

Jika merujuk pada pertanyaan-pertanyaan di atas, menyimak diartikan sebagai proses berpikir - berpikir tentang makna. Penyimak yang efektif mengembangkan cara berpikir tentang makna pada saat ia menyimak. Cara penyimak membuat keputusan disebut strategi menyimak (Rost, 1991: 4).
Untuk meningkatkan citra guru menyimak, para guru membutuhkan suatu pendekatan guna mengembangkan keterampilan dan strategi menyimak.


BERPIKIR TENTANG SITUASI BERPIKIR TENTANG RENCANA



Bagaimana saya menghadapi situasi? Bagaimana saya mengorganisasi apa yang
Apa hubungan saya dengan pembicara? saya dengar?
Bagaimana saya memperoleh klarifikasi? Bagaimana saya merencanakan jawaban saya?
Apa tujuan saya menyimak?




Strategi Sosial Strategi Tujuan



STRATEGI MENYIMAK



Strategi Linguistik Strategi Bahan/Isi





Kata-kata apa yang harus saya perhatikan? Apakah bahan simakan sejalan dengan
Kata-kata dan ekspresi-ekspresi apa yang pengetahuan yang telah saya miliki?
dapat saya tebak? Apa yang dapat saya prediksi?




MENGAKTIFKAN PENGETAHUAN MENGAKTIFKAN PENGETAHUAN
BAHASA ISI ATAU BAHAN SIMAKAN










Gunakan Kembangkan
STRATEGI MENYIMAK KETERAMPILAN MENYIMAK



Tujuan Pengajaran Menyimak



3. Gaya Belajar

Untuk meningkatkan kemampuan menyimak, para pembelajar harus sering mengikuti aktivitas berbahasa lisan dan sering berlatih menyimak dalam berbagai macam situasi. Di samping itu, mereka juga harus terlibat dalam proses menyimak dan berusaha untuk memahami apa yang mereka simak. Cara yang dilakukan oleh para pembelajar untuk mencoba terlibat dalam kegiatan menyimak, mencoba memahami isi atau bahan simakan, dan mencoba meningkatkan kemampuan menyimak disebut gaya belajar.
Di bawah ini ada beberapa tipe pembelajar dan beberapa cara yang mereka gunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak.

Ana : Saya suka menonton film-film Indonesia melalui video. Saya tonton lagi dan lagi adegan-adegan yang penting sampai saya merasa bahwa saya sudah memahaminya dengan baik. Setelah menonton film secara keseluruhan, saya tonton lagi beberapa adegan - yang saya sukai - kemudian menyimak dan mengkaji bahasanya dengan baik. Saya yakin bahwa saya tahu apa yang dikatakan oleh pembicara. Hal ini membantu saya memahami ujaran-ujaran pada saat saya mendengarkannya kembali.

Andi : Saya suka berbicara dengan orang-orang. Setiap saya memiliki waktu luang, saya mencoba bertemu dengan teman-teman yang berbicara dengan bahasa Indonesia. Meskipun saya bukan pembicara dan penyimak yang baik, saya mencoba memahami setiap ujaran dan mengajukan sejumlah pertanyaan jika saya ingin memahami ujaran dengan lebih jelas. Melalui percakapan dengan teman-teman, saya merasa kemampuan menyimak saya menjadi lebih baik. Tentu saja saya merasa lebih percaya diri ketika saya berada di antara mereka.

Emi : Kemampuan menyimak saya meningkat karena di kelas kami harus sering melakukan percakapan dengan teman-teman. Selain itu, kami juga harus menyimak berbagai jenis rekaman dan menemukan gagasan-gagasan penting. Untuk melakukan semua kegiatan ini saya membutuhkan panduan karena saya tidak mampu belajar secara mandiri. Saya senang diuji oleh guru tentang makna yang dikehendaki oleh penutur dalam rekaman dan kemudian kembali mendengarkan rekaman. Setiap saat saya merasa bahwa pemahaman saya lebih meningkat dan saya menjadi penyimak yang lebih baik.

Benyamin : Meskipun saya sudah belajar bahasa Indonesia selama beberapa tahun, saya tidak pernah merasa bahwa bahasa Indonesia saya bagus. Tetapi, ketika saya masuk ke perguruan tinggi, saya merasa mulai mengalami kemajuan dalam keterampilan menyimak. Hal ini terjadi karena saya merasa berkepentingan di dalam kelas. Gagasan-gagasan yang dikemukakan dalam perkuliahan sulit dipahami. Tetapi, karena saya ingin memahaminya, saya harus berusaha keras. Kadang-kadang saya merekam perkuliahan dan mendengarkan ulang bagian-bagian yang membingungkan. Ternyata persiapan menyimak (melalui perekaman) dan pendengaran rekaman secara berulang-ulang membantu saya meningkatkan kemampuan menyimak.

Dalam ilustrasi di atas tampak perbedaan yang jelas di antara tipe-tipe pembelajar. Ana disebut ‘tipe pembelajar mandiri’. Dia memanfaatkan kesempatan belajar secara mandiri. Dia mewujudkan rencananya dan menikmati proses menyimak. Dia meningkatkan kemampuan menyimak dan memorinya untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Dia juga tahu bagaimana menilai kemajuannya.
Andi disebut ‘tipe sosial’. Dia menikmati interaksi tatap muka dan merasa bahwa hal itu merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan sesuatu yang alami dalam praktik menyimak. Dia biasanya senang jika memperoleh intisari dari apa yang didengarnya meskipun ia tidak malu bertanya jika ingin memahami ujaran-ujaran tertentu. Dia sadar bahwa pengembangan bahasa menuntut upaya yang konsisten dan ia mau melakukan upaya itu.
Emi disebut ‘tipe kelas bahasa’. Dia percaya bahwa gurunya dapat memberikan latihan yang bermanfaat. Secara konsisten ia berusaha keras melakukan apa yang diharapkan. Ia memiliki tujuan dan merasa bahwa pengajaran di kelas membantunya mencapai tujuan. Ia yakin bahwa ia akan berhasil.
Benyamin disebut ‘tipe bahan pembelajaran’. Ia ingin menyimak lebih baik. Oleh karena itu ia harus memahami gagasan-gagasan dalam bahasa Indonesia. Dia ‘menyimak untuk belajar’, tidak hanya ‘belajar menyimak’. Dia menganggap bahwa bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi sosial, tetapi sebagai pembawa konsep-konsep penting dan membantunya dalam berkarir. Dia menemukan motivasi dan metode yang sistematis untuk meningkatkan kemampuan menyimak.


4. Prinsip-prinsip Peningkatan Kemampuan Menyimak

Ada perbedaan dalam gaya belajar dari setiap jenis pembelajar. Semua gaya belajar memuat strategi-strategi belajar dan menggambarkan prinsip-prinsip belajar. Dari gambaran ini dan berdasarkan pengembangan keterampilan berbahasa, dapat ditarik beberapa garis panduan umum:
a. Kemampuan menyimak meningkat melalui interaksi tatap muka. Melalui interaksi dalam bahasa Indonesia, pembelajar memiliki kesempatan untuk mendapatkan masukan bahasa yang baru dan kesempatan untuk mengecek kemampuan menyimaknya sendiri. Interaksi tatap muka menyediakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan memaknai bahan simakan.
b. Kemampuan menyimak meningkat melalui pemusatan perhatian pada makna dan upaya mempelajari bahan yang penting dan baru dalam bahasa sasaran.
c. Kemampuan menyimak meningkat melalui kegiatan pemahaman. Dengan memusatkan perhatian pada tujuan-tujuan khusus menyimak, para pembelajar memiliki kesempatan untuk menilai dan merevisi apa yang telah mereka capai.
d. Kemampuan menyimak meningkat melalui perhatian terhadap kecermatan dan analisis bentuk. Dengan belajar memahami bunyi-bunyi dan kata-kata secara cermat pada saat melakukan aktivitas yang berorientasi pada makna, para pembelajar dapat memperoleh kemajuan. Dengan belajar mendengarkan bunyi-bunyi dan kata-kata secara cermat, mereka memperoleh keyakinan dalam memahami bahan simakan (Rost, 1991: 7).


5. Upaya Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Menyimak Para
Pembelajar BIPA

Guru memerlukan citra yang menyeluruh tentang apa yang dilakukannya untuk membantu para pembelajarnya meningkatkan kemampuan menyimak (Ur, 1988: 33). Di bawah ini ada beberapa panduan untuk guru-guru dalam membantu para pembelajar meningkatkan kemampuan menyimak mereka.
a. Berbicaralah dengan para pembelajar Anda dalam bahasa Indonesia. Berbicaralah dengan seluruh pembelajar Anda - jangan hanya berbicara dengan siswa yang paling fasih berbahasa Indonesia. Jadikanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa yang penting untuk berkomunikasi. Kenali mereka melalui percakapan dengan topik-topik yang menarik.
b. Jadikanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa kelas Anda. Beri kesempatan para pembelajar untuk saling bertukar pikiran atau ide dengan menggunakan bahasa Indonesia. Tunjukkan kepada mereka bagaimana cara mereka memperoleh rasa percaya diri dan bagaimana menjadi pemakai bahasa Indonesia yang efektif.
c. Kenalkan para pembelajar Anda pada beberapa penutur bahasa Indonesia - secara pribadi atau melalui video dan kaset rekaman. Perlihatkan kepada mereka perbedaan tipe-tipe pembicara dan situasi pembicaraan. Dorong mereka untuk memahami segala sesuatu penting bagi mereka pada saat menyimak.
d. Dorong para pembelajar untuk mandiri, mencari kesempatan menyimak di luar kelas atas inisiatif sendiri. Bantu mereka mengidentifikasi cara menggunakan bahasa Indonesia dalam media (televisi, radio, video). Bantu mereka mengembangkan program-program studi dan tujuan-tujuan menyimak secara mandiri.
e. Rancang aktivitas menyimak yang melibatkan para pembelajar secara pribadi. Rancang tujuan untuk setiap aktivitas. Beri mereka umpan balik yang jelas. Siapkan review yang sistematis terhadap rekaman dan aktivitas untuk membantu mengkonsolidasi hasil ingatan dan pembelajaran mereka.
f. Lebih berfokuslah pada pengajaran daripada pada evaluasi. Selama kegiatan menyimak berlangsung, lebih baik memberikan pujian kepada para pembelajar yang mencoba mengajukan ide yang masuk akal daripada kepada yang hanya mampu ‘menjawab dengan benar’. Catatlah terus apa yang telah mereka raih selama belajar menyimak.
g. Carilah cara yang efektif untuk memanfaatkan rekaman audio atau video yang sejalan dengan buku teks yang Anda gunakan.


6. Pengorganisasian Listening in Action

Listening in Action terdiri atas empat bagian, yaitu menyimak atentif, menyimak intensif, menyimak selektif, dan menyimak interaktif (Rost, 1991; 10).
Dalam kegiatan menyimak atentif para pembelajar berlatih menyimak dan mencoba memberikan jawaban singkat (pendek) kepada lawan bicara, baik secara verbal maupun nonverbal (melalui aksi). Mereka dilatih memahami aspek kebahasaan (kata-kata kunci), aspek nonkebahasaan (gambar, foto, musik), dan aspek interaksi (membuat repetisi, parafrase, konfirmasi). Yang menjadi ciri kegiatan menyimak atentif adalah:
• guru dan para pembelajar melakukan interaksi tatap muka
• guru memanfaatkan gambar atau topik-topik yang konkret
• para pembelajar menyimak ‘penggalan kalimat’
• para pembelajar memberikan respons secara langsung.

Contoh kegiatan menyimak atentif:
1) demonstrasi (menjelaskan bagaimana cara memasak mie instan);
2) pengimajian musik (meminta para pembelajar menuliskan imaji mereka tentang lagu yang telah mereka simak);
3) wawancara (menanyakan topik-topik tertentu, seperti keluarga, makanan, olah raga, kepada para pembelajar).
Menyimak intensif memfokuskan perhatian siswa pada bentuk kebahasaan. Tujuan kegiatan menyimak intensif adalah membangkitkan kesadaran para pembelajar bahwa perbedaan bunyi, struktur, dan pilihan kata dapat menyebabkan perbedaan makna. Yang menjadi ciri dari aktivitas menyimak intensif adalah:
• para pembelajar belajar secara individual
• para pembelajar dapat menyimak sebanyak mungkin
• guru memberikan umpan balik pada masalah ketepatan pemakaian bahasa.

Contoh kegiatan menyimak intensif:
1) menceritakan kembali (menyampaikan pesan);
2) diskrimasi (mengidentifikasi kosakata yang diperdengarkan lewat tape recorder);
3) percakapan satu pihak (melengkapi percakapan);
4) dikte (menuliskan kembali apa yang diucapkan oleh guru).

Menyimak selektif dapat membantu para pembelajar dalam mengidentifikasi tujuan mereka menyimak. Kegiatan menyimak selektif membantu mengarahkan perhatian para pembelajar pada kata-kata kunci, urutan wacana, atau struktur informasi. Yang menjadi ciri kegiatan menyimak selektif adalah:
• para pembelajar memusatkan perhatian pada informasi yang telah mereka pilih
• para pembelajar memiliki kesempatan menyimak dua kali untuk mengecek pemahaman mereka
• guru menyiapkan kegiatan pemanasan sebelum menyimak
• guru membantu para pembelajar merancang tujuan sebelum menyimak
• guru memberikan umpan balik sepanjang kegiatan menyimak berlangsung

Contoh kegiatan menyimak selektif:
1) permainan isyarat (menyimak dan mencoba menebak kosakata sasaran melalui kata-kata kunci);
2) permainan ingatan (menyimak sambil mengamati gambar, kemudian membenarkan atau menyalahkan apa yang dijelaskan oleh guru);
3) peta cerita (menyimak cerita dan menyusun peta cerita dengan memberi inisial karakter, setting, masalah, tujuan, cara pemecahan masalah, dan hasil);
4) talk show (menyimak talk show dan mengidentifikasi topik-topik yang dibicarakan).
Menyimak interaktif dirancang untuk membantu para pembelajar berperan aktif dalam berinteraksi (walaupun mereka berperan sebagai penyimak). Yang menjadi ciri khas kegiatan menyimak interaktif adalah:
• para pembelajar bekerja berpasangan atau berkelompok (kelompok kecil)
• para pembelajar belajar memecahkan masalah
• guru memantau pemakaian bahasa selama aktivitas berlangsung

Contoh kegiatan menyimak interaktif:
1) survey kelompok (memperbincangkan suatu topik);
2) perkenalan diri (menyimak perkenalan teman, kemudian mencatat hasil simakan);
3) perbedaan gambar (menemukan hal-hal yang berbeda dari dua buah gambar);
4) testimoni (pembelajar mengumpulkan pendapat dari teman satu kelompok, kemudian bertukar informasi dengan teman-teman dari kelompok lain).


7. Penutup

Listening in Action dapat dilaksanakan untuk memaksimalkan interaksi verbal. Akan tetapi, karena kemampuan menyimak para pembelajar bervariasi, guru harus mampu memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh oleh guru pada saat akan memilih jenis aktivitas menyimak, antara lain:
1) jadikanlah bahasa yang digunakan dalam aktivitas menyimak lebih sederhana atau agak kompleks (memperlambat proses pengujaran, memperpanjang jeda di antara pengujaran dua kata atau kelompok kata, memparafrasekan kosakata yang tidak dikenal oleh para pembelajar);
2) lakukanlah aktivitas pra-menyimak (memberikan aspek-aspek bahasa yang sulit, merumuskan tujuan menyimak para pembelajar);
3) berikan dukungan visual untuk melakukan aktivitas menyimak (peta, foto, film, ilustrasi, bahasa tubuh, ekspresi wajah);
4) rincilah tahapan-tahapan kegiatan untuk menyiapkan rumusan sub-sub tujuan (para pembelajar diberi kesempatan menyimak beberapa kali untuk mencapai beberapa tujuan, seperti mengidentifikasi jumlah pembicara, mengidentifikasi kalimat topik);
5) kurangi aktivitas berbicara dan menulis (meminta siswa memberikan respons non-verbal, seperti ‘acungkan tangan jika Anda mendengar ...’).


8. Daftar Pustaka

Anderson, A. & Lynch, T. (1988). Listening. USA: Oxford University Press.

Rost, M. (1990). Listening in Language Learning. London: Longman.
Rost, M. (1991). Listening in Action: Activities for Developing Listening in Language Teaching. New York: Prentice Hall.

Ur. P. (1988). Teaching Listening Comprehension. USA: Cambridge University Press.

PUISI PENDEK

P E R P I S A H A N
buat dita indah sari
Jurang antara kita tlah terbentang
lepaskan tangan saling genggam
tak kan lagi kita bernaung satu payung
maka lambaikan tangan, sayang
biarkan aku terbuang.
Bukan kanan atau kiri
bukan pula pilihan mati atau masuk bui
tapi beda cara pandang kita pada batas cakrawala
mesti kita sadari.
Tak penting tuk disesali, kasih
cinta bukan tali satukan hati
biarkan aku pergi
perpisahan ini mesti terjadi.
Jangan lagi ditangisi, kasihku
tanggalkan kecup mesra kenangan semalam
lupakan bisikan tentang cinta asmara.
Selamat berjuang, sayangku
tetap tegak di medan palagan
gapai mataharimu
sinari lorong-lorong kumuh kota
terangi gubuk-gubuk kusam berdebu
bebaskan mereka yang dihisap angkara peradaban.
Di puncak pergolakan penghabisan
kita berjumpa memimpin massa
kibarkan bendera yang sama.

KALIMAT REDUDANSI DAN NON REDUDANSI

Kalimat redundansi

1. Aku Cinta banget sama kamu
2. Dia merayakan pesta perkawinannya bertempat di area komplek perumahannya
3. Adi pergi bermain mengenakan baju berwarna merah
4. rumput itu dimakan oleh kambing
5. pocong si Maya selalu menghantui si Rudi terus
6. perasaan perempuan itu sangat sensitif
7. kehidupan di kota Jakarta begitu keras




kalimat non redundansi

1. Saya sakit hati terhadap perbuatan dia
2. Sinta meminta pertolongan warga saat mobilnya mogok
3. Rindi membeli jeruk di swalayan
4. Pak Dani mempunyai anak 2 di Jakarta
5. Rudi menangis karena pacarnya direbut orang
6. Bom meledak di Jakarta banyak orang meninggal

makalah KPK VS PORLI DAN BANK CENTURY

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadiran tuhan YME karena atas limpahan karunia saya dapat mnyelesaikan makalah kewarganegaraan ini dengan judul KPK VS POLRI DAN BANK CENTURY.Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah
kewaganegaraan dan untuk menganalisis studi kasus megenai kasus kpk vs polri dan bank century yang akhir-akhir ini sedang hangat-hangatnya dibicarakan.
Didalam makalah ini sangat memperkaya sumber-sumbernya dari berbagai media elektronik seperti dari media internet dan media televisi
Dalam pembuatan makalah ini saya sangat berterima kasih terhadap orang tua saya,teman-teman dan dosen kewarganegaraan saya bapak agus martono atas kontribusinya terhadap pembuatan makalah dalam hal motivasi dan saran
Semoga makalah ini,dapat memberikan kontribusi,makalah ini memang jauh dari sempurna maka saya sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca dan semoga paper individu ini bisa bermanfaat bagi para pemabaca.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………….. 2
BAB III PENUTUP………………………………………………………….. 5
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 6

BAB I
PENDAHULUAN
Kasus KPK vs Polri, menurut pendapat dan analisa penulis berdasarkan pemberitaan yang terkumpuli, sesungguhnya berawal dari permintaan KPK pada Juli 2009 kepada BPK untuk mengaudit terhadap pengucuran dana kepada Bank Century ! Kita harus mewaspadai kemungkinan ada pihak yang ingin "menggagalkan" upaya selanjutnya dari KPK untuk mengungkap kasus Bank Century setelah menerima laporan audit BPK.Jusuf Kalla, menyatakan baru mendapat laporan pada 25 November. Laporan tidak mungkin dilakukan pada 22 November karena saat itu hari Sabtu. Menteri Keuangan, Sri Mulyani, dan Gubernur (Bank Indonesia), Boediono, melaporkan situasi Bank Century. "Saya langsung mengatakan masalah Century bukan masalah karena krisis tapi itu perampokan, kriminal karena pengendali bank ini merampok dana bank century dengan segala cara termasuk obligasi bodong yang dibawa ke luar negeri," ujarnya.Dia pun menyarankan Robert Tantular (pemilik Bank Century) ditangkap. Sehingga, persoalan itu bisa diselesaikan melalui jalur hukum. Kalla meminta Boediono melaporkan kasus itu ke polisi. Ketua Umum Partai Golkar itu mengaku terpaksa langsung menginstruksikan kepala kepolisian Republik Indonesia untuk menangkap Robert Tantular dan sejumlah direksi yang bertanggung jawab dalam waktu dua jam. Dia khawatir Robert Tantular dan direksi-direksi Bank Century melarikan diri bila tak ditangkap dalam waktu dua jam."Harus (ditangkap dalam dua jam) dan syukur polri pas dua jam ambil itu. Karena jam tujuh malam dia laporkan itu, jam empat (sore) Saya perintah. Jam tujuh (malam) Pak Kapolri bilang, sudah Pak, tangkap lima orang," katanya.
Wakil Presiden pada waktu itu, Jusuf Kalla menilai penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) pelaksana tugas (Plt) pimpinan KPK harus disertai kesungguhan Polri untuk menyelesaikan penyidikan kasus hukum dua pimpinan KPK, yakni WakilKetua KPK Bibit Samad Riyanto, dan Ketua KPK Chandra M Hamzah.
1

BAB II
PEMBAHASAN

“LATAR BELAKANG KASUS BANK CENTURY”
Semua berawal dari Bank Century yang kalah kliring (maksudnya, kredit yang disalurkan lebih banyak daripada uang yang ada di kas Century). Isu kalah kliring ini membuat nasabah panik, dan menyebabkan krisis likuiditas di Bank tersebut sehingga pemerintah merasa perlu mentake-over Bank ini dengan menyuntikkan dana ke Bank tersebut. Rumor yang beredar, suntikan dana yang diberikan MELEBIHI jumlah yang disetujui oleh DPR. Dana talangan yang disetujui DPR adalah Rp 2,77 triliun. Belakangan mengucur dana tambahan Rp 4 triliun tanpa sepengetahuan DPR. Suntikan siluman ini menjadi tanda tanya besar karena tidak diketahui pasti atas persetujuan siapa dana Rp 4 triliun itu bisa mengalir ke Century?
Dari sekian banyak Nasabah tersebutlah seorang Boedi Sampoerna, nasabah besar di PT Bank Century Tbk, khususnya di Cabang Kertanegara, Surabaya yang kabarnya mempunyai deposito sebesar 18 jt US$ (kurang lebih setara 2 Trilyun Rupiah). Oleh oknum pemilik Century lama yang bernama Robert Tantular bersama saudarinya Dewi Tantular, dana ini dicairkan tanpa ijin pemiliknya. Deposito tersebut ditransfer dari cabang Kertanegara, Surabaya ke cabang Senayan, Jakarta senilai US$ 96 juta. (case penggelapan/fraud ini dijamin oleh Bank Century
2

kepada nasabah, karena ini bagian dari tanggung jawab dia sebab penggelapan dilakukan oleh pegawai Century).
Muncul kejanggalan ketika pada bulan Mei 2009 keluar surat SD (Kabareskrim POLRI) yang menyatakan dana 18 juta dolar AS milik PT Lancar Sampoerna Bestari (a/n Budi Sampoerna) sudah tidak ada masalah lagi. Muncul kecurigaan berbagai kalangan untuk keperluan apa SD mengeluarkan surat kepada Direksi Bank Century tersebut? Sebelumnya dikabarkan, Boedi Sampoerna telah mengalihkan depositonya ke investasi reksadana PT Antaboga, karena tertarik iming-iming bunga tinggi dari Robert Tantular. Namun menilik surat SD tersebut, dana itu kembali menjadi deposito.
Tak pelak lagi bahwa dana talangan Rp 6,7 trilun yang dikucurkan pemerintah ke bank tersebut memicu dugaan untuk menyelamatkan uang para nasabah kakap. Selain Boedi, ada tiga lagi nasabah kakap di Bank Century. Wakil Ketua Komisi XI DPR Olly Dondokambey mengatakan informasi penyelamatan dana nasabah kakap Bank Century sudah bukan menjadi rahasia lagi. Syak wasangka tersebut berkembang dalam rapat kerja dengan Departemen Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan Bank Indonesia pekan lalu.
Seorang anggota DPR terdahulu Pak Drajat W. menyebut pemerintah membohongi DPR mengenai jumlah dana talangan kepada Bank Century. Menurutnya mencuatnya skandal tersebut membuktikan selama ini tidak ada koordinasi antara Bank Indonesia, Departemen Keuangan, dan LPS. Dia mengatakan informasi soal adanya peran deposan kakap dibalik bailout dana Century patut menjadi investigasi utama dari BPK.

3


‘’ MASALAH KASUS BANK CENTURY”
Kasus Bank Century juga dibahas di DPR dengan dengan bergulirnya usulan hak angket.
KPK juga sedang melakukan penyelidikan kasus yang sama. Untuk itu, KPK telah meminta BPK untuk melakukan audit. Selain diserahkan kepada DPR, hasil audit BPK kemungkinan juga diserahkan kepada KPK.Kasus Bank Century menjadi perhatian publik sejak Komisi XI DPR RI mempersoalkan suntikan dana kepada Bank Century yang mencapai Rp6,7 triliun, padahal yang diketahui oleh DPR hanya Rp1,3 triliun.
Bank Century pada November 2008 diambilalih oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) karena rasio kecukupan modalnya minus 3,5 persen. LPS terhitung menyuntikkan dana hingga empat kali kepada Bank Century sejak November 2008 sehingga jumlahnya mencapai Rp6,7 triliun.













4
BAB III
PENUTUP

“’ KESIMPULAN”

Bahwa KPK harus segera mengusut kasus Bank Century karena dinilai sebagai "kasus pidana luar biasa". Aktivis 77/78 juga meminta pertanggungjawaban manajemen Bank Century secara hukum, pertanggungjawaban Bank Indonesia dalam fungsi pengawasannya terhadap perbankan nasional, dan pertanggungjawaban pemerintah dalam kebijakan terhadap Bank Century.

” SARAN”
KPK harus menindak lanjuti kasus Bank Century karena sudah banyak pihak yang di rugikan dari kasus ini. Oleh karena itu, bagi para Nasabah – Nasabah agar teliti dalam memilih Bank untuk tempat mereka menyimpan uang dan deposito lainnya.Agar tidak terjadi kasus seperti Bank Century lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. KORAN TEMPO “ KPK VS POLRI.TAHUN 2009.
2. WWW.GOOGLE.COM
3. WWW. VIVA NEWS.COM
4. WWW. ANTARA.COM

IDENTITAS NASIONAL

IDENTITAS NASIONAL

Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas. Dengan ciri-ciri khas tersebut, suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hidup dan kehidupannya. Diletakkan dalam konteks Indonesia, maka Identitas Nasional itu merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum masuknya agama-agama besar di bumi nusantara ini dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang kemudian dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan Nasional dengan acuan Pancasila dan roh Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa hakikat identitas asional kita sebagai bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam Pembukaan beserta UUD kita, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik, moral, tradisi, bahasa, mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional maupun internasional. Perlu dikemukaikan bahwa nilai-nilai budaya yang tercermin sebagai Identitas Nasional tadi bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka-cenderung terus menerus bersemi sejalan dengan hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya.
Konsekuensi dan implikasinya adalah identitas nasional juga sesuatu yang terbuka, dinamis, dan dialektis untuk ditafsir dengan diberi makna baru agar tetap relevan dan funsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat.
Krisis multidimensi yang kini sedang melanda masyarakat kita menyadarkan bahwa pelestarian budaya sebagai upaya untuk mengembangkan Identitas Nasional kita telah ditegaskan sebagai komitmen konstitusional sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri negara kita dalam Pembukaan, khususnya dalam Pasal 32 UUD 1945 beserta penjelasannya, yaitu :

“Pemerintah memajukan Kebudayan Nasional Indonesia “


yang diberi penjelasan :


” Kebudayan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budaya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli terdapat ebagi puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia “.


Kemudian dalam UUD 1945 yang diamandemen dalam satu naskah disebutkan dalam Pasal 32

1. Negara memajukan kebudayan Nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memeliharra dan mengembangkan nilai-nilai budaya.

2. Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
Dengan demikian secara konstitusional, pengembangan kebudayan untuk membina dan mengembangkan identitas nasional kita telah diberi dasar dan arahnya, terlepas dari apa dan bagaimana kebudayaan itu dipahami yang dalam khasanah ilmiah terdapat tidak kurang dari 166 definisi sebagaimana dinyatakan oleh Kroeber dan Klukhohn di tahun 1952
Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ).
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.


Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan


1. Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
2. Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu
individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
3. Berkembangnya turisme dan pariwisata.
4. Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
5. Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.
6. Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.
Munculnya arus globalisme yang dalam hal ini bagi sebuah Negara yang sedang berkembang akan mengancam eksistensinya sebagai sebuah bangsa. Sebagai bangsa yang masih dalam tahap berkembang kita memang tidak suka dengan globalisasi tetapi kita tidak bisa menghindarinya. Globalisasi harus kita jalani ibarat kita menaklukan seekor kuda liar kita yang berhasil menunggangi kuda tersebut atau kuda tersebut yang malah menunggangi kita. Mampu tidaknya kita menjawab tantangan globalisasi adalah bagaimana kita bisa memahami dan malaksanakan Pancasila dalam setiap kita berpikir dan bertindak.
Persolan utama Indonesia dalam mengarungi lautan Global ini adalah masih banyaknya kemiskinan, kebodohan dan kesenjangan sosial yang masih lebar. Dari beberapa persoalan diatas apabila kita mampu memaknai kembali Pancasila dan kemudian dimulai dari diri kita masing-masing untuk bisa menjalankan dalam kehidupan sehari-hari, maka globalisasi akan dapat kita arungi dan keutuhan NKRI masih bisa terjaga.


REVITALISASI PANCASILA SEBAGAI PEMBERDAYAAN IDENTITAS NASIONAL

Suatu bangsa harus memiliki identitas nasional dalam pergaulan internasional. Tanpa national identity, maka bangsa tersebut akan terombang-ambing mengikuti ke mana angin membawa. Dalam ulang tahunnya yang ke-62, bangsa Indonesia dihadapkan pada pentingnya menghidupkan kembali identitas nasional secara nyata dan operatif.Identitas nasional kita terdiri dari empat elemen yang biasa disebut sebagai konsensus nasional. Konsensus dimaksud adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.
revitalisasi Pancasila harus dikembalikan pada eksistensi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara. Karena ideologi adalah belief system, pedoman hidup dan rumusan cita-cita atau nilai-nilai (Sergent, 1981), Pancasila tidak perlu direduksi menjadi slogan sehingga seolah tampak nyata dan personalistik. Slogan seperti "Membela Pancasila Sampai Mati" atau "Dengan Pancasila Kita Tegakkan Keadilan" menjadikan Pancasila seolah dikepung ancaman dramatis atau lebih buruk lagi, hanya dianggap sebatas instrumen tujuan. Akibatnya, kekecewaan bisa mudah mencuat jika slogan-slogan itu tidak menjadi pantulan realitas kehidupan masyarakat.
Karena itu, Pancasila harus dilihat sebagai ideologi, sebagai cita-cita. Maka secara otomatis akan tertanam pengertian di alam bawah sadar rakyat, pencapaian cita- cita, seperti kehidupan rakyat yang adil dan makmur, misalnya, harus dilakukan bertahap. Dengan demikian, kita lebih leluasa untuk merencanakan aneka tindakan guna mencapai cita-cita itu.
Selain perlunya penegasan bahwa Pancasila adalah cita-cita, hal penting lain yang dilakukan untuk merevitalisasi Pancasila dalam tataran ide adalah mencari maskot. Meski dalam hal ini ada pandangan berbeda karena dengan memeras Pancasila berarti menggali kubur Pancasila itu sendiri, namun dari sisi strategi kebudayaan adalah tidak salah jika kita mengikuti alur pikir Soekarno, jika perlu Pancasila diperas menjadi ekasila, Gotong Royong. Mungkin inilah maskot yang harus dijadikan dasar strategi kebudayaan guna penerapan Pancasila. Pendeknya, ketika orang enggan menyebut dan membicarakan Pancasila, Gotong Royong dapat dijadikan maskot dalam rangka revitalisasi Pancasila.


KETERKAITAN IDENTITAS NASIONAL DENGAN INTEGRASI
NASIONAL INDONESIA
Berbagai peristiwa sejarah di negeri ini telah menunjukkan bahwa hanya persatuan dan kesatuanlah yang membawa negeri Indonesia ini menjadi negeri yang besar. Besarnya kerajaan Sriwijaya dan Majapahit tidaklah mengalami proses kejayaan yang cukup lama, karena pada waktu itu persatuan cenderung dipaksakan melalui ekspansi perang dengan menundukkan Negara- Negara tetangga.
Sangat berbeda dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 yang sebelum proklamasi tersebut telah didasari keinginan kuat dari seluruh elemen bangsa Indonesia untuk bersatu dengan mewujudkan satu cita-cita yaitu bertanah air satu tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia dan menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa persatuan (Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928). Dilihat dari banyak ragamnya suku, bangsa, ras, bahasa dan corak budaya yang ada membuat bangsa ini menjadi rentan pergesekan, oleh karena itu para pendiri Indonesia telah menciptakan Pancasila sebagai dasar bernegara.
Dilihat dari bentuknya Pancasila merupakan pengalaman sejarah masa lalu untuk menuju sebuah cita-cita yang luhur. Pancasila dilambangkan seekor burung Garuda yang mana burung tersebut dalam kisah pewayangan melambangkan anak yang berjuang mencari air suci untuk ibunya, sedangkan pita bertuliskan Bhineka Tunggal Ika berartikan berbeda tetapi tetap satu. Kemudian tergantung di dada burung tersebut sebuah perisai yang mana biasanya perisai adalah alat untuk menahan serangan perang pada jaman dulu, jadi kalau diartikan untuk menjaga integritas bangsa Indonesia baik itu ancaman dari dalam maupun dari luar yaitu dengan menggunakan perisai yang didalam nya terkandung lima sila.
Dalam pidato bahasa Inggris di Washington Sukarno telah mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari bangsa Amerika yang mana Sukarno pada waktu itu mengenalkan ideologi Indonesia yaitu Pancasila. Panca berarti Lima dan sila berarti landasan atau dasar yang mana dasar pertama Negara Indonesia ini dalah berdasar Ketuhanan, kedua berdasar Kemanusiaan, ketiga persatuan , dan keempat adalah demokrasi, serta kelima adalah keadilan social.
Seringkali bangsa kita ini mengalami disintegrasi dan kemudian bersatu kembali konon kata beberapa tokoh adalah berkat kesaktian Pancasila. Sampai pemerintah juga menetapkan hari kesaktian pancasila tanggal 1 Oktober. Hal ini menunjukan bahwa sebenarnya Pancasila hingga saat ini masih kuat relevansinya bagi sebuah ideology Negara seperti Indonesia ini.
Untuk itu dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa hakikat identitas asional kita sebagai bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam Pembukaan beserta UUD kita, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik, moral, tradisi, bahasa, mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional maupun internasional.sejarah, sistim hukum/perundang undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi.