Selasa, 30 November 2010

Makalah mobilitas sosial

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-NYA kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang globalisasi dan tantangannya terhadap ketahanan nasional. Tugas makalah ini diajukan guna memenuhi mata kuliah pengantar sosiologi
Kami berharap tugas makalah ini mendapatkan respon yang baik dari dosen-dosen, apabila ada kesalahan penulisan dan penyusunan kalimat di dalam tugas makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran dan dapat membangun semangat serta kreatifitas untuk kami agar dapat menyempurnakannya.



Jakarta, Oktober 2010

Penyusun


















DAFTAR ISI




DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….1
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….2
1.1. latar belakang……………………………………………………………………....2
1.2. perumusan masalah……………………………………………………..………….2
1.3. tujuan penulisan……………………………………………………………...….....2


BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………...3
2.1. konsep kelompok…………………………………………………………………...3
2.2. klasifikasi kelompok……………………………………………………………......4
2.3. organisasi formal ………………………………………………………………......7
2.4. hubungan organisasi formal dengan organisasi informal…………………..............7

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………8
3.1. Kesimpulan …………………………………………………………………………8
3.2. saran…………………………………………………………………………………8

DAFTAR PUSTAKA………..……………………………………………………………...9






















1
BAB I
PENDAHULUAN



1.1 latar belakang

Dewasa manusia sebagai makhluk social yang tak bisa hidup sendiri, dan semenjak lahir kita telah menjadi anggota bermacam-macam kelompok.kita dilahirkan menjadi kelompok anggota keluarga, menjadi anggota salah satu umat agama,warga suatu suku, bangsa atau etnik, warga rukun tetangga, warga rukun kampong dan warga desa ataukota;warga Negara RI. Dari hal tersebut jelaslah tidak mengherankan mengapa para tokoh sosiologi senantiasa mempunyai perhatian besar terhadap gejala pengelompokan manusia.

1.2 perumusan masalah
• apa yang dimaksud konsep kelompok menurut para ahli?
• Klasifikasi menurut para ahli?
• Keterkaitan Apa saja organisasi formal dengan nonformal?

1.3 tujuan penulisan
• agar kita dapat mengerti yang dimaksud kelompok social
• agar kita tahu hubungan organisasi formal dan nonformal
• untuk memenuhi tugas kuliah

















2
BAB II
PEMBAHASAN




2.1 konsep kelompok
kelompok social sangat penting karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung didalam dirinya. Tanpa kita sadari, sejak lahir hingga kini kita telah menjadi anggota bermacam-macam kelompok
Konsep kelompok dapat mempunyai berbagai makna. Di kalangan ahli sosiologi kita jumpai berbagai usaha mengklasifikasikan jenis kelompok seperti berikut:

a. klasifikasi Bierstedt
Bierstedt menggunakan tiga criteria untuk membedakan jenis kelompok, yaitu ada tidaknya
(a) organisasi,
(b) hubungan social diantara anggota kelompok, dan
(c) kesadaran jenis.
Berdasarkan ketiga criteria tersebut Bierstedt kemudian membedakan empat jenis kelompok: kelompok statistic (statistical group), kelompok kemasyarakatan (societal group), kelompok social (social group), dan kelompok asosiasi (associational group).
a. Klasifikasi Merton
Robert K. Merton mendefinisikan konsep kelompok secara sosiologi sebagai “ a number of people who interact with one another in accord with established patterns” (1965:285)—sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan.
Robert K. Merton (1965:286) menyebutkan tiga criteria objektif bagi suatu kelompok. Pertama, kelompok ditandai oleh sering terjadinya interaksi. Kedua, pihak yang berinteraksi mendefinisikan diri mereka sebagai anggota. Ketiga, pihak yang berinteraksi didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok


3
Konsep lain yang diajukan pula oleh Robert K. Merton ialah konsep kategori social (social categories). Kategori social adalah suatu himpunan peran yang mempunyai ciri sama seperti jenis kelamin atau usia. Antara para pendukung peran tersebut tidak terdapat itnteraksi.

2.2 klasifikasi kelompok
Salah satu dampak perubahan jangka panjang yang melanda Eropa Barat dan kemudian menyebar ke pelosok dunia ialah terjadinya perubahan dalam pengelompokan anggota masyarakat.
Berikut klasifikasi menurut para ahli:

a. Durkheim : solidaritas mekanik dan solidaritas organik
Dalam bukunya The Division of labor in Society (1968) ia membedakan antara kelompok yang didasarkan pada solidaritas mekanik, dan solidaritas organik.
• Solidaritas mekanik, merupakan ciri yang menandai masyarakat yang masih sederhana, yang oleh Durkheim dinamakan segmental.
• Solidaritas organik, merupakan bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks masyarakat yang telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh kesaling ketergantungan antar bagian.

b. Tonnies: Gemeinschaft dan Gesellchaft
Tonnies membedakan antara tiga jenis Gemeinschaft.
1) Gemeinschaf by blood, mengacu pada ikatan-ikatan kekerabatan
2) Gemeinschaf of place, pada dasarnya merupakan ikatan yang berlandaskan kedekatan letak tempat tinggal serta tempat bekerja yang mendorong orang untuk berhubungan secara intim satu dengan orang lain, dan mengacu pada kehidupan bersama di pedesaan.
3) Gemeinschaf of mind, mengacu pada hubungan persahabatan, yang disebabkan oleh persamaan keahlian atau pekerjaan serta pandangan yang

4
mendorong orang untuk saling berhubungan secara teratur.
Menurut Tonnies, Gesellschaft merupakan suatu nama dan gejala baru,
Gesellschaft dilukiskan sebagai kehidupan public. Gesellschaft bersifat sementara dan semu. Menurut Tonnies perbedaan yang dijumpai antara kedua macam kelompok ini ialah bahwa dalam dalam Gesellschaft individu tetap bersatu meskipun terdapat berbagai factor yang memisahkan mereka, sedangkan dalam Gesellschaft individu pada dasarnya terpisah kendatipun terdapat banyak faktor pemersatu.

c. Charles Horton Cooley : Primary Group
Pada tahun 1909 Charles Horton Cooley mendefinisikan Primary Group sebagai kelompok yang “ characterized bi intimate face-to-face association and cooperation”—kelompok yang ditandai oleh pergaulan dan kerja sama tatap muka yang intim.

d. W.G. Sumner : In-Group dan out Group
W.G. Sumner mengemukakan bahwa “ masyarakat primitif,” yang merupakan kelompok kecil yang tersebar disuatu wilayah, muncul diferensiasi antara kelompok kita (we-group) atau kelompok dalam (in-group) dengan orang lain: kelompok orang lain (other-group) atau kelompok luar(out-group).

e. Robert K. Merton : Membership group dan Reference group
Robert K. Merton memusatkan perhatiannya pada kenyataan bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok tidak berarti bahwa seseorang akan menjadikan kelompoknya menjadi acuan bagi cara bersikap, menilai maupun bertindak.

f. Talcott Parson : Variabel Pola
Parson mengemukakan variabel Pola merupakan seperangkat dilema universal yang


5
dihadapi dan harus dipecahkan seorang pelaku dalam setiap situasi social.
Talcott Parson mengidentifikasikan lima perangkat dilema : affectivity-affective neutrality, specificity-diffuseness, universalism-particularism, quality-performance, self-orientation-collectivity-orientation.
a) affectivity-affective neutrality, mengacu pada dilema antara ada-tidaknya perasaan kasih sayang ataupun kebencian dalam suatu interaksi.
b) specificity-diffuseness, mengacu pada dilemma antara kekhususan dan kekaburan.
c) Universaliskm-particularism, mengacu pada dilema antara dipakai-tidaknya ukuran universal.
d) quality-performance, mengacu pada situasi yang didalamnya orang harus memutuskan apakah yang penting factor yang dibawa sejak lahir ataukah suatu perangkat prestasi tertentu.
e) self-orientation dan collectivity-orientation., yang mengacu pada orientasi pelaku dalam suatu hubungan.
g. Geertz : Priayi, Santri, dan Abangan
Menurut Geertz pembagian masyarakat yang telitinya kedalam tiga tipe budaya ini didasarkan atas perbedaan pandangan hidup diantara mereka.
a) Kalangan abangan, substandisi abangan yang menurut Geertz diwarnai berbagai upacara keselamatan, praktik pengobatan tradisional serta kepercayaan pada makhluk halus dan kekuatan gaib itu terkait pada kehidupan dipedesaan.
b) Kalangan santri, substandisi santri yang ditandi oleh ketaatan pada ajaran agama islam serta keterlibatan dalam berbagai organisasi social dan politik yang bernapaskan islam dijumpai dikalangan pengusaha yang banyak bergerak dipasar maupun didesa selaku pemuka agama.
c) Kalangan priya, substandisi priyai dipengaruhi mistik Hindu-Buddha prakolonial maupun pengaruh kebudayaan Barat dan dijumpai pada kelompok elite “kerah putih” (white collar elite) yang merupakan bagian dari birokasi
pemerintahan
6
2.3 organisasi formal
Max Weber memusatkan perhatian pada organisasi formal dalam masyarakat modern. Menurutnya dalam masyarakat modern kita menjumpai suatu hubungan kekuasaan rasional-ilegal—suatu system jabatan modern (modern officialdom) yang dijumpai baik dibidang pemerintahan maupun dibidang swasta. System ini dinamakan birokrasi(bureaucracy), yang berarti pengaturan atau pemerintahan oleh pejabat (Giddens, 1989:277).
Menurut Reinhard Bendix organisasi yang disebutkan Max Weber mengandung sejumlah prinsip(Bendix,1960:418-419,) yaitu:
a) Urusan kedinasan dilaksanakan secara bersikenambungan
b) Urusan kedinasan didasarkan pada aturan dalam suatu basan administrative
c) Tanggung jawab dan wewenang tiap pejabat merupakan bagian dari suatu herarki wewenang
d) Pejabat dan pegawai administrative tidak memiliki sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas
e) Para pemangku jabatan tidak dapat memperjualbelikan jabatan laksana milik pribadi
f) Urusan kedinasan dilaksanakan dengan menggunakan dokumen tertulis

2.4 Hubungan organisasi formal dan informal
Suatu gejala yang menarik perhatian banyak ilmuan social ialah adanya keterkaitan antara kelompok formal dan kelompok informal. Organisasi formal sering terbentuk kelompok informal yang nilai dan normanya dapat bertentangan dengan nilai dan aturan yang berlaku dalam organisasi formal. Segera setelah seseorang menjadi anggota organisasi formal seperti sekolah, unversitas, perusahaan atau kantor, ia sering mulai menjalin persahabatan dengan anggota lain dalam organisasi formal tersebut sehingga dalam organisasi formal akan terbentuk berbagai kelompok informal, seperti kelompok teman sebaya, kelompok yang tempat tinggalnya berdekatan, kelompok yang bertugas dalam satu bagian kantor yang sama, kelompok yang lulus dari perguruan tinggi yang sama, kelompok yang lulus sekolah seangkatan dan sebagainya.
7
BAB III
PENUTUP

3.1. kesimpulan
Sejak lahir manusia sudah menjadi anggota bermacam-macam kelompok, Bierstedt membedakan empat jenis kelompok : kelompok statistic, kelompok kemasyarakatan, kelompok social, kelompok asosiasi. Robert K. Merton (1965:286) menyebutkan tiga criteria objektif bagi suatu kelompok. Pertama, kelompok ditandai oleh sering terjadinya interaksi. Dalam bukunya The Division of labor in Society (1968) ia membedakan antara kelompok yang didasarkan pada solidaritas mekanik, dan solidaritas organik. Tonnies membedakan antara tiga jenis Gemeinschaft. 1909 Charles Horton Cooley mendefinisikan Primary Group sebagai kelompok yang kelompok yang ditandai oleh pergaulan dan kerja sama tatap muka yang intim. W.G. Sumner mengemukakan bahwa “ masyarakat primitif,” yang merupakan kelompok kecil yang tersebar disuatu wilayah, muncul diferensiasi antara kelompok kita (we-group) atau kelompok dalam (in-group) dengan orang lain: kelompok orang lain (other-group) atau kelompok luar(out-group). Max Weber memusatkan perhatian pada organisasi formal dalam masyarakat modern. Suatu gejala yang menarik perhatian banyak ilmuan social ialah adanya keterkaitan antara kelompok formal dan kelompok informalOrganisasi formal sering terbentuk kelompok informal yang nilai dan normanya dapat bertentangan dengan nilai dan aturan yang berlaku dalam organisasi formal.

3.2. saran
Sebagai manusia yang merupakan makhluk social yang tidak bisa hidup sendiri,walau kita banyak perbedaan dengan adanya klasifikasi kelompok yang berkaitan dengan gaya hidup, pekerjaan dan lain-lain baiknya kita menjujung tinggi persatuan dengan keanekaragaman kelompok-kelompok social seperti semboyan bangsa Indonesia yaitu bhineka tunggal ika


8
DAFTAR PUSTAKA


Merton, Robert K. 1964. Social Theory and social structure. Edisi direvisi dan diperluas. New
York: The Free Press.
Bierstadt, Robert R. 1948. “ The sociology of majorities.” American Sociological Review 13 hlm.
700-713
Durkheim, Imile. 1966. The Division of Labor in Society. Diterjemahkan dari bahasa Perancis
leh George Simpson. New York: the The Free Press
Cooley, Charles Horton. 1909. “Primary Group”. Hlm. 311-314 dalam Lewis A. Coser dan
Bernard Rosernberg (ed.), Sociological Theory : A book of Reading. New York:
The Macmillan
Bendix, Reinhard. 1960. Max Weber : AN Intellectual Portrait . Garden city, New York:
Double-day & Company
Parson, Talcott. 1949. The structur of Social Action: A Study in Social Theory with special Reference to a Group of Recent European Writer. Glencoe, Illinois: The Free Press