Jumat, 06 Agustus 2010

Listening in Action: Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Pembelajar BIPA

ing in Action: Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Pembelajar BIPA

Iim Rahmina
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

1. Pengantar

Listening in action memberikan tiga penekanan pada kegiatan menyimak. Pertama, listening in action menekankan bahwa menyimak merupakan proses aktif. Untuk menjadi penyimak yang baik, para pembelajar harus berpikir aktif selama mereka melakukan kegiatan menyimak. Dengan mengembangkan ‘sikap aktif’ dan ‘strategi aktif’ dalam memahami apa yang mereka dengar, kemampuan menyimak para pembelajar akan dan dapat meningkat. Kedua, listening in action menekankan bahwa menyimak memainkan peranan aktif dalam pembelajaran bahasa. Menyimak dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran bahasa, baik di dalam maupun di luar kelas. Kemajuan dalam menyimak akan menjadi dasar bagi pengembangan keterampilan berbahasa lainnya. Dengan menumbuhkan kesadaran para pembelajar tentang adanya hubungan antara menyimak dengan keterampilan berbahasa lainnya, guru dapat membantu mereka dalam mengembangkan keterampilan berbahasa secara menyeluruh. Ketiga, menyimak mengutamakan guru sebagai ‘peneliti’ aktif tentang pengembangan kemampuan menyimak. Guru harus berperan aktif tidak hanya dalam merencanakan dan menyiapkan berbagai aktivitas untuk para pembelajarnya, tetapi berperan aktif juga dalam memberikan umpan balik yang bermanfaat bagi mereka. Guru bersama-sama para pembelajar menyelidiki bagaimana keterampilan menyimak para pembelajar berubah dan meningkat.
Dari ketiga pengertian di atas, tersurat bahwa bagi guru-guru bahasa, listening in action memiliki tiga tujuan, yaitu:
• membantu para pembelajar mengembangkan keterampilan menyimak secara lebih aktif
• membantu para pembelajar memanfaatkan kesempatan untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik, di dalam maupun di luar kelas
• meningkatkan kualitas pengajaran melalui penyelidikan proses belajar menyimak dengan melibatkan para pembelajar (Rost, 1991: 3).


2. Pengertian Menyimak

Untuk dapat mendefinisikan “keterampilan menyimak”, ada dua pertanyaan yang mendasar yang harus dijawab, yaitu (1) Komponen apa sajakah yang terdapat dalam keterampilan menyimak? (2) Apa yang harus dilakukan oleh seorang penyimak?
Berkaitan dengan pertanyaan pertama, ada sejumlah komponen yang terlibat dalam keterampilan menyimak, antara lain:
• pembedaan bunyi-bunyi bahasa
• pengenalan kata-kata (kosakata)
• pengidentifikasian kelompok-kelompok kata yang gramatikal
• pengidentifikasian satuan-satuan pragmatis - ekspresi dan seperangkat ujaran yang berfungsi sebagai satu kesatuan untuk menciptakan makna
• penghubungan antara penanda linguistik dan paralinguistik (intonasi dan tekanan) dan antara penanda linguistik dan nonlinguistik (gerakan tubuh dalam situasi tertentu) untuk membangun makna
• penggunaan latar belakang pengetahuan (apa yang telah diketahui tentang isi atau bahan simakan) dan konteks (apa yang telah diujarkan) untuk memprediksi makna
• pengingatan kata-kata atau ide-ide yang penting (Rost, 1990: 6).

Keberhasilan menyimak sangat bergantung pada kemampuan mengintegrasikan komponen-komponen di atas. Oleh karena itu, keterampilan menyimak dapat diartikan sebagai koordinasi komponen-komponen keterampilan, baik keterampilan mempersepsi, menganalisis, maupun menyintesis. Pengertian keterampilan menyimak tampak lebih jelas dalam skema di bawah ini.


Keterampilan Mempersepsi Keterampilan Menganalisis Keterampilan Menyintesis

Membedakan bunyi bahasa Mengidentifikasi satuan Menghubungkan penanda
Mengenali kata gramatikal bahasa dengan penanda
Mengidentifikasi satuan lainnya
pragmatis Memanfaatkan latar
belakang pengetahuan



KETERAMPILAN MENYIMAK


Seseorang yang memiliki kemampuan menyimak yang baik tidak selalu mampu memahami apa yang disimak. Oleh karena itu, untuk memahami pesan yang disampaikan oleh pembicara, ada beberapa aksi yang perlu dilakukan dalam setiap situasi menyimak. Aksi yang ditampilkan oleh penyimak merupakan proses kognitif atau mental sehingga tidak mungkin ditinjau atau diamati secara langsung. Guru hanya bisa melihat efek dari aksi ini. Aksi terpenting untuk kesuksesan menyimak adalah proses pembuatan keputusan. Penyimak harus membuat beberapa keputusan, seperti:
• Jenis situasi menyimak apa saja yang dimunculkan?
• Rencana apa yang disusun untuk menyimak?
• Kata-kata dan satuan-satuan makna apa saja yang penting untuk disimak?
• Apakah pesan yang disampaikan masuk akal?

Jika merujuk pada pertanyaan-pertanyaan di atas, menyimak diartikan sebagai proses berpikir - berpikir tentang makna. Penyimak yang efektif mengembangkan cara berpikir tentang makna pada saat ia menyimak. Cara penyimak membuat keputusan disebut strategi menyimak (Rost, 1991: 4).
Untuk meningkatkan citra guru menyimak, para guru membutuhkan suatu pendekatan guna mengembangkan keterampilan dan strategi menyimak.


BERPIKIR TENTANG SITUASI BERPIKIR TENTANG RENCANA



Bagaimana saya menghadapi situasi? Bagaimana saya mengorganisasi apa yang
Apa hubungan saya dengan pembicara? saya dengar?
Bagaimana saya memperoleh klarifikasi? Bagaimana saya merencanakan jawaban saya?
Apa tujuan saya menyimak?




Strategi Sosial Strategi Tujuan



STRATEGI MENYIMAK



Strategi Linguistik Strategi Bahan/Isi





Kata-kata apa yang harus saya perhatikan? Apakah bahan simakan sejalan dengan
Kata-kata dan ekspresi-ekspresi apa yang pengetahuan yang telah saya miliki?
dapat saya tebak? Apa yang dapat saya prediksi?




MENGAKTIFKAN PENGETAHUAN MENGAKTIFKAN PENGETAHUAN
BAHASA ISI ATAU BAHAN SIMAKAN










Gunakan Kembangkan
STRATEGI MENYIMAK KETERAMPILAN MENYIMAK



Tujuan Pengajaran Menyimak



3. Gaya Belajar

Untuk meningkatkan kemampuan menyimak, para pembelajar harus sering mengikuti aktivitas berbahasa lisan dan sering berlatih menyimak dalam berbagai macam situasi. Di samping itu, mereka juga harus terlibat dalam proses menyimak dan berusaha untuk memahami apa yang mereka simak. Cara yang dilakukan oleh para pembelajar untuk mencoba terlibat dalam kegiatan menyimak, mencoba memahami isi atau bahan simakan, dan mencoba meningkatkan kemampuan menyimak disebut gaya belajar.
Di bawah ini ada beberapa tipe pembelajar dan beberapa cara yang mereka gunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak.

Ana : Saya suka menonton film-film Indonesia melalui video. Saya tonton lagi dan lagi adegan-adegan yang penting sampai saya merasa bahwa saya sudah memahaminya dengan baik. Setelah menonton film secara keseluruhan, saya tonton lagi beberapa adegan - yang saya sukai - kemudian menyimak dan mengkaji bahasanya dengan baik. Saya yakin bahwa saya tahu apa yang dikatakan oleh pembicara. Hal ini membantu saya memahami ujaran-ujaran pada saat saya mendengarkannya kembali.

Andi : Saya suka berbicara dengan orang-orang. Setiap saya memiliki waktu luang, saya mencoba bertemu dengan teman-teman yang berbicara dengan bahasa Indonesia. Meskipun saya bukan pembicara dan penyimak yang baik, saya mencoba memahami setiap ujaran dan mengajukan sejumlah pertanyaan jika saya ingin memahami ujaran dengan lebih jelas. Melalui percakapan dengan teman-teman, saya merasa kemampuan menyimak saya menjadi lebih baik. Tentu saja saya merasa lebih percaya diri ketika saya berada di antara mereka.

Emi : Kemampuan menyimak saya meningkat karena di kelas kami harus sering melakukan percakapan dengan teman-teman. Selain itu, kami juga harus menyimak berbagai jenis rekaman dan menemukan gagasan-gagasan penting. Untuk melakukan semua kegiatan ini saya membutuhkan panduan karena saya tidak mampu belajar secara mandiri. Saya senang diuji oleh guru tentang makna yang dikehendaki oleh penutur dalam rekaman dan kemudian kembali mendengarkan rekaman. Setiap saat saya merasa bahwa pemahaman saya lebih meningkat dan saya menjadi penyimak yang lebih baik.

Benyamin : Meskipun saya sudah belajar bahasa Indonesia selama beberapa tahun, saya tidak pernah merasa bahwa bahasa Indonesia saya bagus. Tetapi, ketika saya masuk ke perguruan tinggi, saya merasa mulai mengalami kemajuan dalam keterampilan menyimak. Hal ini terjadi karena saya merasa berkepentingan di dalam kelas. Gagasan-gagasan yang dikemukakan dalam perkuliahan sulit dipahami. Tetapi, karena saya ingin memahaminya, saya harus berusaha keras. Kadang-kadang saya merekam perkuliahan dan mendengarkan ulang bagian-bagian yang membingungkan. Ternyata persiapan menyimak (melalui perekaman) dan pendengaran rekaman secara berulang-ulang membantu saya meningkatkan kemampuan menyimak.

Dalam ilustrasi di atas tampak perbedaan yang jelas di antara tipe-tipe pembelajar. Ana disebut ‘tipe pembelajar mandiri’. Dia memanfaatkan kesempatan belajar secara mandiri. Dia mewujudkan rencananya dan menikmati proses menyimak. Dia meningkatkan kemampuan menyimak dan memorinya untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Dia juga tahu bagaimana menilai kemajuannya.
Andi disebut ‘tipe sosial’. Dia menikmati interaksi tatap muka dan merasa bahwa hal itu merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan sesuatu yang alami dalam praktik menyimak. Dia biasanya senang jika memperoleh intisari dari apa yang didengarnya meskipun ia tidak malu bertanya jika ingin memahami ujaran-ujaran tertentu. Dia sadar bahwa pengembangan bahasa menuntut upaya yang konsisten dan ia mau melakukan upaya itu.
Emi disebut ‘tipe kelas bahasa’. Dia percaya bahwa gurunya dapat memberikan latihan yang bermanfaat. Secara konsisten ia berusaha keras melakukan apa yang diharapkan. Ia memiliki tujuan dan merasa bahwa pengajaran di kelas membantunya mencapai tujuan. Ia yakin bahwa ia akan berhasil.
Benyamin disebut ‘tipe bahan pembelajaran’. Ia ingin menyimak lebih baik. Oleh karena itu ia harus memahami gagasan-gagasan dalam bahasa Indonesia. Dia ‘menyimak untuk belajar’, tidak hanya ‘belajar menyimak’. Dia menganggap bahwa bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi sosial, tetapi sebagai pembawa konsep-konsep penting dan membantunya dalam berkarir. Dia menemukan motivasi dan metode yang sistematis untuk meningkatkan kemampuan menyimak.


4. Prinsip-prinsip Peningkatan Kemampuan Menyimak

Ada perbedaan dalam gaya belajar dari setiap jenis pembelajar. Semua gaya belajar memuat strategi-strategi belajar dan menggambarkan prinsip-prinsip belajar. Dari gambaran ini dan berdasarkan pengembangan keterampilan berbahasa, dapat ditarik beberapa garis panduan umum:
a. Kemampuan menyimak meningkat melalui interaksi tatap muka. Melalui interaksi dalam bahasa Indonesia, pembelajar memiliki kesempatan untuk mendapatkan masukan bahasa yang baru dan kesempatan untuk mengecek kemampuan menyimaknya sendiri. Interaksi tatap muka menyediakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan memaknai bahan simakan.
b. Kemampuan menyimak meningkat melalui pemusatan perhatian pada makna dan upaya mempelajari bahan yang penting dan baru dalam bahasa sasaran.
c. Kemampuan menyimak meningkat melalui kegiatan pemahaman. Dengan memusatkan perhatian pada tujuan-tujuan khusus menyimak, para pembelajar memiliki kesempatan untuk menilai dan merevisi apa yang telah mereka capai.
d. Kemampuan menyimak meningkat melalui perhatian terhadap kecermatan dan analisis bentuk. Dengan belajar memahami bunyi-bunyi dan kata-kata secara cermat pada saat melakukan aktivitas yang berorientasi pada makna, para pembelajar dapat memperoleh kemajuan. Dengan belajar mendengarkan bunyi-bunyi dan kata-kata secara cermat, mereka memperoleh keyakinan dalam memahami bahan simakan (Rost, 1991: 7).


5. Upaya Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Menyimak Para
Pembelajar BIPA

Guru memerlukan citra yang menyeluruh tentang apa yang dilakukannya untuk membantu para pembelajarnya meningkatkan kemampuan menyimak (Ur, 1988: 33). Di bawah ini ada beberapa panduan untuk guru-guru dalam membantu para pembelajar meningkatkan kemampuan menyimak mereka.
a. Berbicaralah dengan para pembelajar Anda dalam bahasa Indonesia. Berbicaralah dengan seluruh pembelajar Anda - jangan hanya berbicara dengan siswa yang paling fasih berbahasa Indonesia. Jadikanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa yang penting untuk berkomunikasi. Kenali mereka melalui percakapan dengan topik-topik yang menarik.
b. Jadikanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa kelas Anda. Beri kesempatan para pembelajar untuk saling bertukar pikiran atau ide dengan menggunakan bahasa Indonesia. Tunjukkan kepada mereka bagaimana cara mereka memperoleh rasa percaya diri dan bagaimana menjadi pemakai bahasa Indonesia yang efektif.
c. Kenalkan para pembelajar Anda pada beberapa penutur bahasa Indonesia - secara pribadi atau melalui video dan kaset rekaman. Perlihatkan kepada mereka perbedaan tipe-tipe pembicara dan situasi pembicaraan. Dorong mereka untuk memahami segala sesuatu penting bagi mereka pada saat menyimak.
d. Dorong para pembelajar untuk mandiri, mencari kesempatan menyimak di luar kelas atas inisiatif sendiri. Bantu mereka mengidentifikasi cara menggunakan bahasa Indonesia dalam media (televisi, radio, video). Bantu mereka mengembangkan program-program studi dan tujuan-tujuan menyimak secara mandiri.
e. Rancang aktivitas menyimak yang melibatkan para pembelajar secara pribadi. Rancang tujuan untuk setiap aktivitas. Beri mereka umpan balik yang jelas. Siapkan review yang sistematis terhadap rekaman dan aktivitas untuk membantu mengkonsolidasi hasil ingatan dan pembelajaran mereka.
f. Lebih berfokuslah pada pengajaran daripada pada evaluasi. Selama kegiatan menyimak berlangsung, lebih baik memberikan pujian kepada para pembelajar yang mencoba mengajukan ide yang masuk akal daripada kepada yang hanya mampu ‘menjawab dengan benar’. Catatlah terus apa yang telah mereka raih selama belajar menyimak.
g. Carilah cara yang efektif untuk memanfaatkan rekaman audio atau video yang sejalan dengan buku teks yang Anda gunakan.


6. Pengorganisasian Listening in Action

Listening in Action terdiri atas empat bagian, yaitu menyimak atentif, menyimak intensif, menyimak selektif, dan menyimak interaktif (Rost, 1991; 10).
Dalam kegiatan menyimak atentif para pembelajar berlatih menyimak dan mencoba memberikan jawaban singkat (pendek) kepada lawan bicara, baik secara verbal maupun nonverbal (melalui aksi). Mereka dilatih memahami aspek kebahasaan (kata-kata kunci), aspek nonkebahasaan (gambar, foto, musik), dan aspek interaksi (membuat repetisi, parafrase, konfirmasi). Yang menjadi ciri kegiatan menyimak atentif adalah:
• guru dan para pembelajar melakukan interaksi tatap muka
• guru memanfaatkan gambar atau topik-topik yang konkret
• para pembelajar menyimak ‘penggalan kalimat’
• para pembelajar memberikan respons secara langsung.

Contoh kegiatan menyimak atentif:
1) demonstrasi (menjelaskan bagaimana cara memasak mie instan);
2) pengimajian musik (meminta para pembelajar menuliskan imaji mereka tentang lagu yang telah mereka simak);
3) wawancara (menanyakan topik-topik tertentu, seperti keluarga, makanan, olah raga, kepada para pembelajar).
Menyimak intensif memfokuskan perhatian siswa pada bentuk kebahasaan. Tujuan kegiatan menyimak intensif adalah membangkitkan kesadaran para pembelajar bahwa perbedaan bunyi, struktur, dan pilihan kata dapat menyebabkan perbedaan makna. Yang menjadi ciri dari aktivitas menyimak intensif adalah:
• para pembelajar belajar secara individual
• para pembelajar dapat menyimak sebanyak mungkin
• guru memberikan umpan balik pada masalah ketepatan pemakaian bahasa.

Contoh kegiatan menyimak intensif:
1) menceritakan kembali (menyampaikan pesan);
2) diskrimasi (mengidentifikasi kosakata yang diperdengarkan lewat tape recorder);
3) percakapan satu pihak (melengkapi percakapan);
4) dikte (menuliskan kembali apa yang diucapkan oleh guru).

Menyimak selektif dapat membantu para pembelajar dalam mengidentifikasi tujuan mereka menyimak. Kegiatan menyimak selektif membantu mengarahkan perhatian para pembelajar pada kata-kata kunci, urutan wacana, atau struktur informasi. Yang menjadi ciri kegiatan menyimak selektif adalah:
• para pembelajar memusatkan perhatian pada informasi yang telah mereka pilih
• para pembelajar memiliki kesempatan menyimak dua kali untuk mengecek pemahaman mereka
• guru menyiapkan kegiatan pemanasan sebelum menyimak
• guru membantu para pembelajar merancang tujuan sebelum menyimak
• guru memberikan umpan balik sepanjang kegiatan menyimak berlangsung

Contoh kegiatan menyimak selektif:
1) permainan isyarat (menyimak dan mencoba menebak kosakata sasaran melalui kata-kata kunci);
2) permainan ingatan (menyimak sambil mengamati gambar, kemudian membenarkan atau menyalahkan apa yang dijelaskan oleh guru);
3) peta cerita (menyimak cerita dan menyusun peta cerita dengan memberi inisial karakter, setting, masalah, tujuan, cara pemecahan masalah, dan hasil);
4) talk show (menyimak talk show dan mengidentifikasi topik-topik yang dibicarakan).
Menyimak interaktif dirancang untuk membantu para pembelajar berperan aktif dalam berinteraksi (walaupun mereka berperan sebagai penyimak). Yang menjadi ciri khas kegiatan menyimak interaktif adalah:
• para pembelajar bekerja berpasangan atau berkelompok (kelompok kecil)
• para pembelajar belajar memecahkan masalah
• guru memantau pemakaian bahasa selama aktivitas berlangsung

Contoh kegiatan menyimak interaktif:
1) survey kelompok (memperbincangkan suatu topik);
2) perkenalan diri (menyimak perkenalan teman, kemudian mencatat hasil simakan);
3) perbedaan gambar (menemukan hal-hal yang berbeda dari dua buah gambar);
4) testimoni (pembelajar mengumpulkan pendapat dari teman satu kelompok, kemudian bertukar informasi dengan teman-teman dari kelompok lain).


7. Penutup

Listening in Action dapat dilaksanakan untuk memaksimalkan interaksi verbal. Akan tetapi, karena kemampuan menyimak para pembelajar bervariasi, guru harus mampu memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh oleh guru pada saat akan memilih jenis aktivitas menyimak, antara lain:
1) jadikanlah bahasa yang digunakan dalam aktivitas menyimak lebih sederhana atau agak kompleks (memperlambat proses pengujaran, memperpanjang jeda di antara pengujaran dua kata atau kelompok kata, memparafrasekan kosakata yang tidak dikenal oleh para pembelajar);
2) lakukanlah aktivitas pra-menyimak (memberikan aspek-aspek bahasa yang sulit, merumuskan tujuan menyimak para pembelajar);
3) berikan dukungan visual untuk melakukan aktivitas menyimak (peta, foto, film, ilustrasi, bahasa tubuh, ekspresi wajah);
4) rincilah tahapan-tahapan kegiatan untuk menyiapkan rumusan sub-sub tujuan (para pembelajar diberi kesempatan menyimak beberapa kali untuk mencapai beberapa tujuan, seperti mengidentifikasi jumlah pembicara, mengidentifikasi kalimat topik);
5) kurangi aktivitas berbicara dan menulis (meminta siswa memberikan respons non-verbal, seperti ‘acungkan tangan jika Anda mendengar ...’).


8. Daftar Pustaka

Anderson, A. & Lynch, T. (1988). Listening. USA: Oxford University Press.

Rost, M. (1990). Listening in Language Learning. London: Longman.
Rost, M. (1991). Listening in Action: Activities for Developing Listening in Language Teaching. New York: Prentice Hall.

Ur. P. (1988). Teaching Listening Comprehension. USA: Cambridge University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar